Minggu, 26 Desember 2010

Tips Memilih Motivator Yang Berkualitas vs Motivator Pembual

Belakangan ini profesi motivator semakin banyak diburu oleh orang, terutama para pendamba kebebasan finansial, karena hanya modal cuap-cuap, dengan sejumlah besar pengunjung, dalam sehari bisa diraih penghasilan yang fantastis.

Berbagai macam ragam sarana dan topik yang dibuat dan dipilihkan oleh sang motivator guna memancing minat para pengunjung maupun sebagai sarana sosialisasi ide-ide ataupun pengetahuan mereka. Dari mulai yang berbicara mengenai pemasaran, ekonomi, saham, valas, kecantikan, lifestyle, dan seribu satu macam lainnya.

Namun banyak juga para peserta ataupun pengunjung suatu seminar ataupun workshop yang kecewa setelah beberapa kali mengikuti acara sang motivator, dan bahkan merasa telah dibohongi ataupun ditipu dan dibodohi.

Dari beberapa forum, bahkan sampai ada yang mencaci maki seorang motivator pasar modal sebagai penipu dan pembual yang membuat bangkrut para pesertanya. Padahal jika mengikuti aturan sesuai kaidah-kaidah baku ilmu finansial, tanpa harus mengikuti pelatihan dari sang motivator, peserta seminar yang bersangkutan bisa berhasil dan bahkan mungkin lebih baik daripada sang motivator sendiri.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, kami memberikan sedikit tips yang mungkin berguna untuk menyaring mana yang motivator pembual dan mana yang tidak:

  1. Hindari pembicara yang senang show off memamerkan hasil kekayaannya atau sering tebar pesona dan tebar amal seperti melempar / membagikan sejumlah besar uang ke hadapan publik , pamer koleksi mobil mewah, dan lain sebagainya. Orang ini tidak lebih dari pembual ala penipu di jembatan penyeberangan Sudirman.
  2. Jangan percaya kepada motivator yang sering menyatakan sesuatu di luar common sense (akal sehat) apalagi logika ilmu pengetahuan dan kaidah ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan. Jangan pernah mencerna sesuatu dari seorang pembicara secara mentah-mentah, pelajari juga dari sudut keilmuan dan keilmiahannya, dan coba melihat dan pelajari dari berbagai sudut pandang, percaya hanya kepada omongan satu orang adalah jalan kesesatan.
  3. Lihat dan dalami apa yang dikatakan dan diucapkan oleh sang motivator apakah dia mempraktekan dalam hidup kesehariannya atau tidak. Karena ada motivator yang munafik namun juga ada motivator yang benar-benar sejalan dan selaras dalam perkataan maupun perbuatan. Ada seseorang yang selalu berkoar-koar bahwa dia mendapatkan tubuh indah dari hasil berolahraga, padahal sang dokter bedah kecantikannya sampai menyumpah-nyumpahi orang tersebut karena yang bersangkutan menutupi kenyataan bahwa bentuk tubuh indahnya adalah hasil operasi sedot lemak.

Sebenarnya masih ada banyak lagi tips lainnya, namun kami memandang setidaknya tiga hal di atas adalah hal utama yang harus anda perhatikan dalam menilai dan memilih untuk ikut suatu kursus atau seminar agar uang tersebut jangan hanya memperkaya sang pembicara namun juga memperkaya hidup anda.

Semoga Bermanfaat.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker

Jumat, 17 Desember 2010

Besar Belum Tentu Lebih Baik

Copyrights ada pada Alexindo Management Consulting dan Alexander Batara, dilarang keras melakukan copy paste dan sharing tanpa seijin penulis.

Mencermati iklan - iklan dari para provider selular belakangan ini, nampak sekali adanya usaha untuk promosi jaringan selular mereka dan menawarkan solusi broadband baik untuk penggunaan internet secara umum maupun solusi bisnis berbasis broadband.

Sekedar penyegaran kembali, dalam internet dan broadband multimedia, kualitas jaringan tidak semata ditentukan oleh besarnya bandwidth anda ataupun banyak sedikitnya BTS milik anda. Karena boleh-boleh saja provider X memiliki BTS hingga 1 juta menara dan backbone bandwidth hingga 1TB/s ke jalur backbone Amerika, namun jika jumlah BTS itu tidak memenuhi ratio normal antara kepadatan pengguna di sekitar menara terhadap jumlah BTS nya maka semua itu sia-sia belaka, belum lagi masalah traffic management bandwidth, di mana kualitas jaringan ditentukan oleh kelancaran stream data baik upload maupun download.

Salah satu provider selular terbaik yang baru-baru ini terpilih ternyata bukan yang terbesar, bahkan termasuk yang biasa-biasa saja meskipun bandwidth nya sendiri tergolong nomer 2 terbesar. Namun provider ini punya teknik sendiri dalam memanajemeni jaringan internetnya. Terbukti dari signal nya yang selalu penuh, dan ratio kecepatan internetnya cenderung stabil meskipun di jam-jam sibuk, sehingga banyak orang setia berlangganan blackberry pada provider selular ini.

Jika berguru kepada pakar nya internet bandwidth di Indonesia, yakni CBN, anda tentu tahu mengapa perusahaan ini sangat mati-matian menjaga QOS (Quality of Service) nya. Mereka bahkan pada masa-masa awal sangat membatasi pertumbuhan jumlah user terhadap ketersediaan jaringan baik pada bandwidth maupun pada jalur modem pool nya. Memang harga yang ditawarkan relatif tidak murah, namun anda mendapatkan kualitas yang sesuai dengan harga.

Price war atau perang harga pada layanan produk broadband terutama yang berbasis selular pada akhirnya bukanlah solusi, melainkan bisa mengakibatkan ekonomi biaya tinggi pada operasional perusahaan. Karena biaya pengembangan jaringan tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Anda boleh berkata improvisasi pendapatan dari layanan ringtone dan lain sebagainya, namun menjaga kualitas layanan jaringan adalah hal yang berbeda, karena biaya terbesar dari servis jasa ini adalah pada komponen quality services jaringan nya dari mulai backbone, ratio BTS per regional user hingga ke manajemen jaringan itu sendiri.

Yang harus dicermati lagi adalah, jumlah user yang besar bukan berarti pendapatan anda juga besar, karena semakin banyak investasi pada alat dan jaringan maka cost operasional nya juga semakin besar. Inilah mengapa tidak mudah menjaga dan memanajemeni perusahaan dalam skala raksasa. Belum lagi biaya mendidik dan melatih para backoffice dan para call centre officer yang bertugas 24 jam terus menerus. Mereka dituntut untuk tetap sigap dan segera melakukan perbaikan terhadap masalah yang dikeluhkan oleh para pelanggan.

Hal serupa juga berlaku pada layanan perbankan, biaya pelatihan dan investasi peralatan serta infrastruktur adalah hal terbesar yang harus diperhatikan baik-baik karena sifat dari industri jasa itu sendiri yakni customer satisfaction. Jangan karena nafsu mengejar pertumbuhan pelangganan dan pengguna jasa, lantas mengabaikan kesiapan infrastrukturnya. Karena sekali saja pelanggan tidak puas, mereka akan mudah beralih ke pesaing yang potensial.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker