Kamis, 25 Oktober 2012

Tantangan Perekonomian Indonesia 2013

Sidang pembaca yang terhormat, tidak terasa kita telah menapaki minggu-minggu terakhir di bulan Oktober 2012. Namun krisis global masih jauh dari kata usai, berlarutnya krisis Eropa dan memanasnya situasi di kawasan Timur Tengah dan Asia Raya serta perlambatan ekonomi di Tiongkok telah semakin menyulitkan kondisi perekonomian dunia.

Hingga saat ini kondisi bursa maupun pertumbuhan bisnis mengalami perlambatan di hampir segala bidang. Bahkan untuk sektor konsumsi yang diperkirakan masih cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi sekalipun mulai terasa sesak, selain karena kuatnya permintaan kenaikan upah buruh, juga karena ancaman kenaikan tarif listrik dan gas untuk industri. Padahal konsumsi masyarakat tanpa terasa perlahan-lahan mulai menurun. Walaupun belum sampai terukur, namun setidaknya mulai timbul kekhawatiran akan ancaman krisis yang akan semakin berlarut-larut sehingga banyak industri elektronik dan pakaian dan pedagang menurunkan stok barang dengan melakukan obral maupun diskon serta terus menerus beriklan.

Sementara permintaan ekspor semakin menurun, karena pasar Eropa sudah tidak lagi mampu menyerap kelebihan produksi dari negara lain, di sisi lain Jepang dan Tiongkok pun sudah mulai mengurangi impor dari negara-negara tetangga.

Ramalan perdagangan antara Timur dengan Selatan pun nampaknya semakin tidak lagi relevan, karena ternyata bukan hanya negara-negara Eropa saja yang mengurangi impor, negara-negara di kawasan Amerika Selatan pun juga demikian, bersikap sama seperti negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Timur.

Lebih mengerikannya lagi, dari kawasan Eropa, nampaknya Jerman sudah berada di ujung jurang resesi, setelah sebelumnya Perancis sudah terlebih dahulu jatuh ke dalam resesi akibat semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi kawasan. Saat ini demonstrasi anti PHK sudah menjadi pemandangan yang biasa di Perancis, di khawatirkan, menjelang musim dingin, Jerman pun akan segera menyusul dengan serangkaian program penghematan maupun restrukturisasi.

Bank Indonesia sendiri saat ini berada dalam posisi serba salah, dengan ekspor yang semakin melemah, impor semakin deras masuk, dan konsumsi domestik yang harus dijaga agar jangan sampai terjadi bubble, menyebabkan pemerintah tidak dapat berbuat banyak. Menahan suku bunga serta berusaha membuat regulasi-regulasi adalah jalan yang masih bisa dilakukan namun tidak akan berimbas banyak.

Di sisi lain, pembangunan dan pembenahan infrastruktur serta perbaikan birokrasi masih berjalan sangat lambat. Sehingga ekonomi berbiaya tinggi tetap merupakan masalah yang sulit diatasi hingga saat ini dan membebani sektor usaha baik skala besar maupun kecil. Padahal jika pemerintah bisa dengan cepat membenahi hambatan-hambatan pembangunan, maka tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi bisa dikurangi dan pertumbuhan ekonomi bisa menjadi lebih baik lagi.

Hal ini akan menjadi batu sandungan bagi target pertumbuhan ekonomi di tahun depan (2013) baik dari sisi bisnis maupun penerimaan negara dari sektor pajak. Intensifikasi perpajakan dengan segala cara, tidak akan berdampak banyak jika sektor usaha tertekan, para pemilik modal akan memilih untuk menutup usahanya ataupun merelokasi ke negara lain jika perekonomian makro memburuk dan terus-menerus diganggu oleh demonstrasi buruh. Padahal saat ini, harapan kita hanya tinggal kepada sektor dalam negeri saja. Ini menjadi hal yang sangat krusial dalam menentukan arah kebijakan makro pembangunan tahun depan.

Semoga para petinggi negara ini bisa lebih bijaksana dan berhati-hati dalam menjalankan amanah rakyat terutama dalam membangun kebijuakan ekonomi serta implementasinya di lapangan, karena jika tidak, hanya dengan satu riakan krisis tambahan di luar negeri, kita pun bisa ikut terhantam keras.

Minggu, 29 Juli 2012

Serial Manajemen Strategik: Skak Mat untuk Nokia

Beberapa hari terakhir ini, dunia industri mobile cellular dikejutkan oleh berita penutupan pabrik Nokia di Finlandia. Meskipun sebagian kalangan menilai berita tersebut tidak terlalu mengejutkan, namun tetap banyak konsumen Nokia dan fans fanatik Nokia yang terkejut dan lemas.

Saya sendiri menilai penutupan pabrik tersebut tidak terlalu aneh, mengingat dengan kondisi finansial yang terus-menerus berdarah-darah selama lebih dari enam bulan, tidak langsung dinyatakan pailit sekalipun sudah puji syukur. Secara keuangan, Nokia sudah bisa untuk dinyatakan bangkrut, namun secara hukum, jelas belum dikatakan bangkrut.

Bahkan menurut laporan dari Business News Network per tanggal 20 April 2012 yang ditulis oleh Mark B, kerugian Nokia telah mencapai Ninety One Billion Dollars (silahkan dirupiahkan sendiri), dan terus mengalami pendarahan non-stop, walaupun dikabarkan oleh beberapa sumber penjualan Lumia smartphone sudah mulai membukukan kenaikan. Namun setidaknya di pasar dalam negeri (Indonesia) beberapa counter Nokia Shop tetap sepi, berbeda dengan counter-counter penjualan toko lainnya yang menjual berbagai jenis merek smartphone maupun feature phone.

Sementara itu, tim developer Nokia Meego, yang sebelumnya diklaim akan menaklukan dunia smartphone, terpaksa angkat kaki, bedol deso, mendirikan perusahaan sendiri bernama Jolla Mobile akibat dilakukannya proses penghentian pengembangan operating system mobile Meego oleh Nokia yang memutuskan untuk secara penuh berkonsentrasi hanya pada pengembangan Windows Phone.

Sebenarnya kekeliruan dan kejatuhan Nokia tidak dimulai pada tahun belakangan ini. Awal mula jatuhnya Nokia menurut beberapa sumber, dimulai tepatnya sekitar satu dasawarsa yang lalu. Saat itu visi dan misi Nokia berubah, dari leader in technology, menjadi back to feature phone. Padahal sekitar satu dasawarsa yang lalu, di awal tahun 90'an dalam berbagai pengembangan R&D, Nokia telah berhasil mengembangkan teknologi layar sentuh untuk smartphone, jauh lebih awal ketimbang Apple maupun Samsung.

Namun karena orientasi bisnis yang berubah, maka ketika Apple datang dengan konsep baru mengenai bagaimana seharusnya masa depan telefon selular, maka Nokia menjadi tertinggal, terlebih lagi, sebagian produsen yang tidak puas dengan monopoli IOS milik Apple, problema windows mobile dan arogansi Nokia di dunia Symbian, mereka pun lalu beramai-ramai pindah haluan ke Android, maka pukulan itu semakin telak menghantam pasar produk-produk Nokia. Symbian mobile pun ditinggalkan oleh sebagian besar produsen smartphone termasuk Sony Ericsson yang belakangan beralih menjadi Sony Mobile juga akibat krisis.

Lantas apakah Symbian itu jelek? Tidak juga, bagaimanapun, symbian hingga di versi terakhir ini yakni Belle fp1 (Carla) berhasil menutup kekurangannya dari Android (dari mulai adanya fitur tethering, fitur NFC, fitur dolby digital plus, antar muka yang semakin baik mirip android, hingga kepada keunggulan khas symbian yang hemat penggunaan memory dan prosesor), namun sifat jelek Nokia yang tidak juga merawat dan mengembangkan Nokia Application Store nya yang bernama Ovi Store berujung kepada semakin banyak developer aplikasi yang memilih bedol deso pindah mengembangkan aplikasi hanya untuk Android dan IOS.

Sejujurnya ada banyak kesempatan untuk menyelamatkan Nokia setidaknya jika usaha itu sudah dimulai sejak sebelum tahun 2006. Seandainya saja Meego sudah dijual dan diperkenalkan secara global sejak tahun 2006 atau setidaknya tahun 2007, dan Ovi Store sudah berisi aplikasi-aplikasi menarik dan berkualitas sejak tahun 2007, tentu Nokia tidak perlu mematikan sekian banyak pabrik miliknya. Namun sifat arogan dan intrik yang menjadi ciri khas perusahaan besar cenderung menutupi kekeliruan visi dan misi Nokia dalam menatap abad masa depan.

Sayangnya produk Nokia 770 yang diluncurkan pada tanggal 25 Mei 2005 pada Linux World Summit di New York, dan memulai debut penjualannya pada tanggal 3 November 2005, dijual dalam bentuk internet tablet dan bukan smartphone, serta mengalami kegagalan penjualan karena spesifikasi hardware yang saat itu belum mampu menjalankan sistem operasi Maemo (yang menjadi cikal bakal Meego) secara sempurna. Seandainya saja perbaikan akan kegagalan itu (Nokia 770) pada project Nokia 800 yang diluncurkan pada Januari 2007 meliputi perubahan orientasi menjadi smartphone dan bukan menjadi internet tablet, tentu ceritanya akan lain. Namun nasi sudah menjadi bubur.

Saya menjadi teringat akan kata-kata salah satu mentor saya sekaligus bekas atasan saya "Change Management itu penting, namun lebih penting lagi Manajemen Antisipasi, karena bisnis selalu menyangkut visi jangka panjang yang harus di antisipasi sejak dini".

Selasa, 17 Juli 2012

Tips langkah-langkah awal memulai usaha wiraswasta


Semakin tidak kondusifnya perekonomian global, berakibat munculnya gelombang PHK massal di berbagai negara. Dari mulai Eropa hingga sebagian kawasan Asia. Indonesia sendiri tidak lepas dari ancaman terjadinya PHK massal pasca libur lebaran tahun ini, meskipun baru perkiraan, namun dikhawatirkan, bengkaknya biaya operasional akibat kenaikan komponen tarif dasar gas industri dan kemungkinan kenaikan tarif listrik, serta semakin beratnya biaya operasional dalam hal upah dan gaji (terutama upaya penghapusan outsource), akan berdampak kepada pengurangan beban biaya operasional secara besar-besaran demi menjaga eksistensi perusahaan, jika tidak, maka terpaksa dilakukan penutupan usaha.

Maka daripada itu, kami cukup khawatir akan terjadinya ledakan pengangguran dalam jumlah cukup besar, meskipun kemungkinan mereka masih akan mendapat pesangon maupun persiapan pelatihan dasar untuk bisa sekedar bertahan hidup (namun kami agak meragukan hal terakhir ini).

Oleh karena itu kami akan membagikan sedikit tips awal untuk memulai langkah-langkah berwiraswasta:
  1. Pilih bidang usaha yang anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan di dalamnya. Tidak mudah memang, terutama jika kita sudah lama dan terbiasa berada dalam zona aman. Seringkali kesibukan kerja membunuh instink kita untuk berkreasi maupun mengasah minat dan kesukaan yang mampu mendatangkan uang. Jika anda telah menentukan minat, maka segeralah asah pengetahuan dan perbanyak bacaan serta ketrampilan mengenai bidang usaha yang hendak anda tekuni. Kadang-kadang hal-hal yang kita rasakan kuasai, ternyata setelah berada di lapangan berbeda drastis dengan yang kita pikirkan. Seorang yang sehari-hari mengerjakan pekerjaan keahlian tertentu, belum tentu bisa sukses berbisnis dalam bidang tersebut, karenanya perlu sekali belajar dari orang-orang yang telah sukses merintis usaha di bidang tersebut.

  2. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan. Seringkali tawaran-tawaran peluang bisnis dan dukungan pengembangan bisnis datang dari rekan-rekan di dalam jaringan tersebut. Namun anda tetap harus hati-hati, karena tidak pernah ada yang namanya makan siang gratis, siapapun itu, anda harus tetap berhati-hati dan mempersiapkan akan datangnya hal-hal yang tidak terduga. Karena yang namanya uang tidak mengenal tuan. Bisa saja hari ini anda adalah big boss, namun esok lusa anda menjadi pengangguran karena didepak oleh karyawan sendiri yang bekerja sama dengan partner bisnis anda atau bahkan investor anda. Di kalangan sebagian orang, dikenal istilah namanya menggunting dalam lipatan, peribahasa ini telah terbukti berkali-kali terjadi di dalam dunia bisnis, oleh karena itu, sebagian kalangan, sangat memperhatikan faktor nama baik dan reputasi keluarga mitra bisnisnya

  3. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa anda. Kebanyakan orang tidak sadar, ketika memulai berbisnis, terjebak di dalam fenomena banting harga. Padahal, ada kalanya, harga bukan segalanya. Anda harus bisa mencari celah dan ceruk pasar yang unik. Anda harus menentukan posisi anda di dalam peta persaingan usaha. Jika anda menilai terlalu tinggi jasa/produk anda, sementara hal yang anda tawarkan itu tidak punya keunggulan yang sangat spesifik dan memiliki nilai tambah, maka orang akan berpaling kepada usaha sejenis dengan harga dan kualitas yang jauh lebih baik. Misalkan anda memulai usaha bisnis jasa pembuatan desain web (web desainer). Tentukan, apakah anda ingin bersaing berdarah-darah di usaha web murah meriah, atau anda akan spesifik kepada desainnya, atau anda akan spesifik kepada faktor security (keamanannya) atau kepada tingkat kesulitan dan kompleksitas pengelolaan databasenya.

  4. Jaga kredibilitas dan brand image. Seringkali kita ketika memulai berusaha, melupakan faktor nama baik, kredibilitas dan pandangan orang terhadap produk/jasa kita. Padahal, ini yang paling penting dalam berbisnis. Mengulur-ulur pembayaran kepada supplier atau peminjam modal, adalah tindakan yang sangat fatal dan berakibat kepada munculnya nama anda di dalam daftar hitam jaringan bisnis usaha yang anda tekuni. Misalnya salah satu usaha bisnis, seringkali bertindak arogan dan mengabaikan keluhan para pelanggannya, padahal bukan hanya sekali dua kali orang-orang melakukan komplain, akibatnya, kehilangan pelanggan adalah hal nyata yang akan terjadi dan bahkan kehilangan pasar potensial dan pangsa pasar yang dikuasainya.

  5. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa. Banyak orang yang jika sudah untung besar dan berada di atas, melupakan faktor persiapan akan hal tak terduga maupun merencanakan pengembangan usaha. Padahal namanya bisnis adalah sama dengan hidup, harus selalu bertahan dan berjuang. Banyak pengusaha dan pengrajin kita, ketika sudah kebanjiran order dan menerima banyak uang, malah mendahulukan membeli mobil mewah ataupun mobil sport. Hal ini tidak salah, namun akan lebih baik jika keuntungan itu disisihkan untuk laba ditahan dan penambahan modal kerja. Dengan demikian usaha bisa lebih berkembang, dan mendapatkan kepercayaan dan pinjaman modal dari bank menjadi lebih mudah. Karena anda dipercaya oleh pihak bank mampu mengelola perusahaan secara profesional. Sebaiknya untuk keperluan sehari-hari, pemilik perusahaan mencadangkan alokasi dana secukupnya saja untuk biaya hidup dan keperluan pribadi dalam bentuk gaji tetap komisaris/pemilik. Atau disisihkan sebagian saja dari laba tahunan, namun jangan menganggu arus kas perusahaan untuk kepentingan pribadi yang tidak ada urusannya dengan produktivitas usaha.
Demikian sebagian kecil saja tips dan nasehat dari kami mengenai langkah-langkah awal yang harus dipahami dalam berwirausaha. Ke depannya kami akan mencoba membuat lebih banyak dan lebih lengkap lagi kiat-kiat dalam memulai usaha.

Senin, 09 Juli 2012

Pentingnya tetap melakukan diversifikasi asset


Pentingkah diversifikasi asset, mengapa harus didiversifikasi? Tulisan ini saya buat kembali, karena beberapa kali dalam berbagai kesempatan, banyak peserta yang bertanya kepada saya, “Jadi yang bagus itu taruhnya di mana Pak?”. Tentu saja ini bukan pertanyaan yang mudah, karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, walaupun semuanya menginginkan sejahtera secara finansial dan juga lahir bathin.

Sejatinya, ada pepatah “Don’t put all your eggs on one basket”. Pepatah itu ada benarnya, dan terbukti lebih sering benar ketimbang salah. Peristiwa krisis global tahun 2008 yang lalu, telah memberikan pelajaran mengenai pentingnya kita melakukan diversifikasi asset secara terencana dan benar.  Ada kalanya kita sering tidak menyadari, ketamakanlah yang sering membuat kita bangkrut atau rugi besar.

Mungkin masih ada yang ingat, ketika semua orang berlomba-lomba membeli saham x, justru diam-diam banyak yang melepas saham tersebut. Ketika itu, bahkan sampai banyak perusahaan manajemen investasi asing yang terkecoh dan menderita rugi besar. Dengan harga saham mendekati 9000 rupiah, sementara nilai convertible bonds nya hanya dihargai seharga 3000 rupiah, tentu adalah suatu kegilaan jika masih bertahan dengan portfolio asset mayoritas di saham x tersebut hanya demi mengejar “prestasi” sebagai pengelola asset manajemen terbaik dan bisa menjaring investor lebih banyak.

Saat itu, banyak orang yang lupa, setinggi-tingginya harga saham, suatu saat bisa jatuh untuk melakukan penyesuaian harga. Pada saat itu, bahkan banyak orang yang bertaruh dengan segala kekayaan yang dimilikinya untuk membeli saham tertentu itu. Ada juga yang membeli reksadana saham sebanyak-banyaknya yang terlihat sedang kemilau, tanpa memperhitungkan kenaikan bursa saham sudah tidak lagi wajar dan memasuki tahap bubble.

Tahun 2007 bulan November, saat IHSG memasuki fase tertingginya di harga 2700-2800, banyak analisis yang masih berteriak-teriak bursa akan terbang ke 3000 - 3500. Padahal pada awal tahun 2007, masih ada analisis yang berkata nilai wajar bursa kita saat itu di harga 2500. Deviasi 200 angka indeks, tentu saja sebenarnya bukan masalah, namun jika di dominasi oleh saham-saham tertentu saja, tentu saja menjadi sangat berbahaya, apalagi jika nilainya sudah tidak wajar.

Sementara, ada banyak instrumen lain yang masih menawarkan potensi keuntungan di luar saham, meski tidak sebaik kinerja saham. Namun orang seringkali silap mata, dan cenderung mengabaikan prinsip prudent (kehati-hatian) saat berinvestasi. Padahal, dalam dunia investasi, selain faktor kinerja, faktor kehati-hatian juga memiliki peranan penting yang tidak boleh diabaikan. Banyak orang pada saat itu (tahun 2008) yang mengabaikan pentingnya memegang uang cash dalam jumlah cukup. Akibatnya, ketika ramai-ramai terkena force sell (likuidasi/penjualan paksa karena bermain dengan margin/modal pinjaman) banyak yang langsung bangkrut, bahkan tidak sedikit yang bunuh diri ataupun stress dan sakit.

Ketika awal tahun banyak analisis berpendapat indeks bisa menembus batas 4600, saya hanya terdiam saja, ya mungkin-mungkin saja bisa. Tapi sebaiknya gunakan akal sehat saja, dengan belum beresnya krisis Eropa, Amerika, ditambah Jepang, apa iya kita masih bisa terbang tembus ke awan? Berapa sih banyaknya modal orang lokal? Meskipun ramai-ramai menaruh uangnya di pasar modal, kalau porsi asing justru berkurang tentu yang terjadi bursa akan mandek.

Sementara di lain pihak, banyak para spekulan maupun penipu gencar menawarkan investasi emas dari mulut ke mulut bahkan sampai hunting nomer telefon rumah lewat jual beli data secara rahasia entah dengan pihak mana. Padahal justru sekarang harga emas terkoreksi cukup dalam, meski masih ada peluang naik lagi.

Ada kalanya, kita harus waras, eling, dan mawas diri. Kadang-kadang, bayangan keuntungan di depan mata, justru menjadi penyebab kita jatuh ke dalam jurang kemiskinan dan menjadi korban penipuan investasi bodong. Ada baiknya, kita tidak menaruh semua uang di instrumen investasi yang berisiko, jika terpaksa taruhlah hanya sebagian kecil saja. Lebih baik mencicil pembelian instrumen investasi secara teratur, ketimbang menaruh semua uang hanya di satu produk investasi saja.

Sisakan selalu uang anda dalam bentuk cash, setidaknya untuk biaya hidup enam bulan ke depan (jika anda masih aktif bekerja dan berada di usia produktif). Jangan pula anda menjudikan masa depan anda di produk-produk yang anda tidak kenali secara pasti sifat-sifatnya dan anda kuasai betul permasalahannya. Selalu pelajari terlebih dahulu secara baik-baik dan mendalam akan suatu hal.

Terakhir, jangan pula membeli sesuatu dan berinvestasi sesuatu, tanpa merencanakannya secara matang, dan mempertimbangkan situasi terburuk dari berbagai sisi kemungkinan yang akan terjadi.

Selasa, 26 Juni 2012

Di Ambang Kegagalan Penanganan Krisis Global

Tidak terasa sudah nyaris lima tahun kita hidup dalam krisis yang di awali oleh meledaknya krisis subprime mortgage di Amerika yang gejolaknya mulai terasa di bulan Agustus 2007 dan meledak hebat di tahun 2008 hingga awal 2009. Krisis yang sempat memporak-porandakan seluruh bursa saham di dunia tersebut karena berujung kepada bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan ternama kelas dunia, ternyata masih menyisakan banyak gejolak yang hingga saat ini tidak terselesaikan.

Awalnya bantuan likuiditas dari bank sentral dan pemerintah Amerika ke pasar dalam negeri Amerika telah membantu menenangkan kepanikan dan meredakan kerusakan yang diciptakan oleh badai kegagalan sistem keuangan di wall street. Namun ternyata, cerita tidak berhenti sampai di sana.

Guncangan muncul dari gagalnya Yunani menyelesaikan hutang-hutangnya yang jatuh tempo pada tahun 2010 kemarin. Hutang yang timbul dari gaya hidup pemerintahan yang tidak sehat, lebih besar pasak daripada tiang, memang berhasil menghantarkan negeri para dewa tersebut jatuh ke dalam krisis yang sangat besar, jauh lebih mengerikan ketimbang krisis yang dialami oleh Indonesia di tahun 1998. Ancaman terjadinya negara gagal begitu kuat, bahkan dalam kurun waktu kurang dari setahun terjadi beberapa kali pemilu. Itupun diperkirakan tetap tidak akan menyelesaikan masalah, karena pada dasarnya Yunani dicurigai oleh banyak pihak telah melakukan window dressing dalam laporan keuangannya sebelum masuk ke dalam ratifikasi perjanjian konfederasi Uni Eropa. Ibaratnya anak tidak lulus ujian, akan tetapi nilainya dikatrol menjadi lulus.

Kerusakan kestabilan perekonomian Uni Eropa akibat ulah Yunani ternyata tidak berhenti sampai di sana, guncangan itu telah mengakibatkan rusaknya banyak sistem perbankan di Uni Eropa, dan bahkan kabarnya banyak bank-bank di Eropa harus mengigit jari karena terpaksa merelakan surat hutang Yunani yang mereka pegang tidak kembali modal utuh. Beruntung bagi perbankan yang tidak bermain di paper asset seperti obligasi, maupun surat-surat berharga lainnya. Namun tragis bagi lembaga-lembaga keuangan seperti Asuransi, Bank Investasi dan lainnya yang hidupnya sangat tergantung dari keuntungan pasar modal.

Padahal seharusnya fungsi perbankan adalah memberikan dan menyalurkan kredit kepada sektor usaha riil, seperti perdagangan ekspor-impor, investasi pembangunan pabrik, kredit usaha kecil dan menengah serta sektor-sektor lainnya yang memiliki basis usaha riil.

Akibatnya begitu timbul guncangan dari krisis di Yunani, maka perbankan Spanyol pun ikut terguncang, apalagi pada situasi krisis, kredit perumahan ikut pula macet. Jadilah akhirnya Spanyol menerima dana bantuan likuiditas hingga lebih dari 100 milyar Euro. Namun saya sendiri meragukan ke-efektifan bantuan tersebut, walaupun banyak lembaga riset keuangan memastikan dalam situasi terburuk Spanyol hanya membutuhkan bantuan kurang lebih sebesar 60 Milyar Euro.

Mengapa saya meragukan hal tersebut, adalah bukan pada besar-kecilnya jumlah talangan, akan tetapi kepada prinsip-prinsip dasar ekonomi yang telah dilanggar oleh negara dan sistem perbankan mereka. Baik Spanyol maupun Yunani bukan lah negara seperti Indonesia ataupun Tiongkok, yang memiliki basis industri yang kuat dan konsumsi domestik yang kuat. Indonesia walaupun korupsinya sudah tingkat neraka, akan tetapi industrinya sangat kuat menopang perekonomian. Orang masih banyak yang bekerja 50-60 jam seminggu.

Bandingkan dengan negara-negara Uni Eropa terutama yang sedang bermasalah. Kerja 40-45 jam seminggu adalah kebiasaan yang sudah tidak asing lagi bagi orang Eropa (kecuali Jerman yang masih mau bekerja keras). Produktivitas + Konsumsi adalah kata utama untuk keluar dari krisis. Konsumsi saja hanya membawa celaka, sementara produktivas saja hanya membawa kesulitan ketika terjadi krisis global yang menurunkan angka permintaan.

Hal itu juga yang membuat mengapa Amerika begitu lama keluar dari krisis, karena gejala de-industrialisasi telah melanda negara tersebut di era akhir 1990an hingga 2000an. Akibatnya pengumuman-pengumuman penurunan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah orang yang bekerja tidak pernah jauh dari target dasar selalu berkisar di antara 2- 3 persen.

Indonesia pun sekitar dua - tiga tahun yang lalu pernah mengalami gejala de-industrialisasi. Namun kita masih beruntung karena pemerintah cepat menyadari akan hal itu. Namun menurut saya pribadi, masih jauh dari memuaskan karena penanganan masalah-masalah infrastruktur dan hambatan birokrasi (termasuk korupsi) masih belum optimal.

Saat ini, domino effect dari krisis Eropa mulai bergerak ke arah Cyprus dan negara-negara Eropa lainnya, hal ini tidak lepas dari masalah besarnya bantuan likuditas yang dikucurkan ditambah oleh kelesuan faktor permintaan karena terjadinya krisis. Bahkan sejumlah kalangan pun masih mempertanyakan kemampuan Italia mempertahankan ekonomi negaranya dari kejatuhan seperti yang telah dialami oleh Yunani dan Spanyol. Beruntungnya, meskipun penduduk sedikit Italia masih memiliki sejumlah industri yang cukup solid meskipun tidak terlalu besar seperti Jerman.

Akan tetapi Jerman sendiri tidak serta merta lolos dari permasalahan, karena mereka merupakan salah satu donatur terbesar dalam pemberian bantuan likuditas di dalam ECB (European Central Bank), akibatnya Jerman pun terancam terseret ke dalam kesulitan sama seperti halnya Perancis. Sementara pangsa pasar produk Jerman mayoritas adalah negara-negara Uni Eropa, jika pada akhirnya terjadi krisis di seluruh Uni Eropa maka Jerman akan sangat terpukul dan menanggung penderitaan yang lebih besar ketimbang negara-negara lainnya di kawasan Eropa.

Sementara dari benua Amerika sendiri, meskipun keadaan lebih adem ayem, tidak serta merta kondisi sudah lebih aman. Hingga saat ini, Amerika masih menyimpan bom waktu bahkan bom nuklir dalam bentuk transaksi derivatif. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah transaksi derivatif yang sebenarnya berputar di lembaga keuangan Amerika.

Kolapsnya Lehman Brothers, tidak serta merta menyebabkan transaksi derivatif terhenti meskipun transaksi Lehman Brothers di seluruh dunia dihentikan (ini yang mengakibatkan bursa di seluruh dunia tumbang bahkan bursa efek Indonesia harus tutup beberapa waktu).

Asset-asset bermasalah itu pada dasarnya tidak pernah 100 persen dilakukan write off alias penghapusan. Namun masih berputar-putar di antara lembaga-lembaga keuangan dunia dalam bentuk transaksi derivatif yang bunganya pun masih berjalan. Sehingga siapapun yang kalah taruhan, dipastikan akan luluh lantak berantakan. Dan JP Morgan pun sudah mengalaminya beberapa waktu yang lalu, sementara banyak pihak yang meragukan jumlah angka kekalahan yang diderita oleh lembaga keuangan tersebut, namun setidaknya belum berujung kepada kebangkrutan. Sementara masih ada bank-bank lain yang menyimpan potensi yang sama.

Saran saya bagi dunia perbankan dan keuangan di Indonesia, jika anda mengelola dana, pastikan porsinya selalu jauh lebih besar untuk kredit usaha kecil dan menengah. Dan sebisa mungkin perkecil porsi untuk pengelolaan di kredit konsumsi serta paper asset maupun trading valas. Kita tidak pernah tahu, apakah perekonomian global akan pulih dalam waktu cepat atau akan menempuh perjalanan tanpa arah yang sangat lama.

Senin, 28 Mei 2012

Bottom Fishing ataukah Tehnical Rebound?


Pagi tadi, tanggal 28 Mei 2012, banyak analis dan trader berpendapat saatnya melakukan bottom fishing jika indeks saham menyentuh zona 3825-3850. Ya memang sebagian orang berpendapat saat ini harga saham sudah terlampau murah, perginya para investor asing sudah saatnya di antisipasi dengan masuknya para investor lokal dengan kekuatan penuh, demikian pendapat sebagian orang.

Kenyataannya, baru saja IHSG menyentuh harga 3850.452 banyak yang langsung melakukan selective buying dengan membeli saham-saham tertentu secara bertahap. Ada yang karena persiapan matang technical analysis ada juga yang setengah spekulasi ala dewa judi. Ada juga yang panik langsung bernafsu membeli karena salah membaca pergerakan indeks yang memang dari yahoo finance terjadi error sehingga angka yang muncul hingga minus 5 persen.

Apapun alasannya, tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah, mayoritas pelaku pasar baik luar maupun dalam negeri terpengaruh oleh rumor spekulasi bahwa Yunani akan membaik dan tetap berada dilingkungan zona euro. Padahal itu baru saja hasil pooling sementara, belum final keputusan yang akan terjadi pada tanggal 14 Juni 2012 nanti.

Sering sekali para pelaku pasar, baik trader saham maupun investor reksadana, melakukan pembelian di saat yang tidak tepat, ketika indikator belum berbunyi “beli”. Kondisi ini untung-untungan, kalau untung ya kaya mendadak, kalau buntung ya nyesek harus cut loss atau bahkan nyangkut posisinya.

Padahal secara fundamental ekonomi, kondisi saat ini sedang tidak baik-baik amat, bahkan negara seperti Swiss pun harus memikirkan contingency plan jika seandainya Euro memang tamat. Bukan sekedar Yunani mundur dari zona Euro saja. Banyak kalangan di Swiss menilai, pertarungan gagal berhasilnya Euro akan semakin menggila di pekan-pekan depan. Karena dari perbankan Spanyol saja sudah santer oleh isu kolapsnya perbankan di negara tersebut. Sementara Italia, masih sibuk dengan awan kelabu musibah bencana alam, namun bukan berarti hutangnya selamat begitu saja. Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh negara-negara di kawasan Eropa Selatan.

Amerika sendiri, bahkan oleh Presiden Obama dikatakan, perlu adanya stimulus fiskal lanjutan jika tidak ingin terjadi kekacauan pada tahun 2013, entah yang bersangkutan terinspirasi oleh ramalan Profesor Nouriel Roubini yang terkenal dengan sebutan Dr Doom (Doktor Kiamat) atau memang tim ahli ekonomi Amerika sendiri yang memberi masukan demikian.

Tulisan ini tidak dibuat untuk menakut-nakuti ataupun membuat cemas kembali, namun untuk sekedar mengingatkan kembali kepada para investor dan trader ritel yang memang mencari rejeki dari pasar modal untuk menambah uang dapur, agar kiranya berhati-hati sebelum membuat keputusan. Saat ini dunia ada di persimpangan jalan, apakah tetap memakai model ekonomi yang berlaku sekarang ini, atau harus menyusun sistem perekonomian baru.

Pada akhirnya, waktulah yang akan berbicara apakah keputusan yang kita buat sudah benar atau tidak, atau perlu penyempurnaan lagi. Selamat berinvestasi.

Jumat, 04 Mei 2012

Jatuh Bangun Bisnis Mobile Phone antara yang Gagal dan Berhasil


Beberapa waktu yang lalu, dunia dikejutkan oleh kabar keberhasilan Samsung menggeser tahta Nokia dari penguasa pasar mobile handset. Ini pukulan yang sangat telak bagi Nokia, perusahaan yang terkenal pionir dalam industri selular, penguasa pasar nomer satu yang tidak terkalahkan sejak tahun 1998 hingga 2011.

Sebenarnya tanda-tanda ini telah terbaca sejak tahun 2011, bahwa Nokia akan menyerahkan tampuk kekuasaan sebagai penguasa pasar kepada Samsung. Di awali dengan jatuhnya pasar smartphone ke tangan Samsung beberapa waktu sebelumnya, secara sangat cepat dan drastis, bahkan menyodok dominasi perusahaan lain yang telah bercokol lama seperti Motorola, Sony Ericsson (sekarang Sony Mobile), dan lainnya.

Apa yang dialami oleh Nokia, sebenarnya bukanlah cerita baru. Beberapa tahun yang lalu kita tahu bahwa Motorola pernah terus-menerus mencetak kerugian hingga harus dipisahkan antara divisi mobile handset selular dari induk utama mereka Motorola Corp. Padahal sebagai perusahaan peluncur telefon genggam pertama di dunia (Motorola DynaTAC 8000x) tentu Motorola punya banyak pengalaman dan sumber daya yang luar biasa, apalagi Motorola terkenal dengan Six Sigma Quality Control nya. Namun kehebatan dalam hal manajemen operasi dan manufaktur, bukanlah segalanya, tetap visi panjang serta kombinasi dengan strategi jangka pendek-menengah-panjang merupakan penentu keberhasilan untuk tetap berada dalam permainan.

Saat ini, Motorola memang bukan penguasa pasar, namun mereka berhasil lolos dari lubang maut kematian industri selular yang pernah mengintai mereka baik pada masa sebelum era keberhasilan Motorola RAZR maupun pasca Motorola RAZR ketika industri selular mulai berubah dari feature phone menjadi smartphone.

Sayangnya, Nokia tidak pernah belajar dari kegagalan dan kejatuhan Motorola, ketika Motorola jatuh bangun pada masa sebelum dan sesudah era RAZR, sebenarnya saat itu Nokia seharusnya sudah lebih berhati-hati, karena konsumen menginginkan tidak hanya faktor estetika dan desain produk semata, namun juga kualitas, daya tahan, serta terakhir, kemampuan mengikuti perkembangan jaman (syukur-syukur bisa menjadi trendsetter dalam jangka panjang).

Pada saat itu Nokia hanya mementingkan faktor quality dan supply chain system-nya semata. Mereka masih mempercayai bahwa orang hanya memerlukan fitur-fitur biasa sekelas feature phone dengan konsentrasi pada camera dan music phone. Satu-satunya gebrakan Nokia dalam dunia smartphone hanya pada kehadiran Nokia Communicator (9210/ 9300/ 9500/ E90/E7) dan E series non communicator seperti E61/E71/E72/E63/E5/E6. Padahal kemajuan sistem operasi selular berkembang sangat pesat, dunia tidak lagi bergantung semata pada kehadiran sistem operasi Symbian yang diluncurkan oleh Nokia, namun telah berhasil melangkah lebih jauh, bahkan melampaui sistem operasi windows mobile (generasi sebelum windows phone).

Lahirnya IOS pada telfon selular iPhone generasi pertama (iPhone 2G) yang ditelurkan oleh Apple sebagai jawaban atas sepinya persaingan di sistem operasi selular, berhasil memberikan pukulan telak terhadap para pelaku industri selular. Saat itu yang duluan terkena dampak adalah sistem operasi Windows Mobile dan sistem operasi smartphone di niche market seperti Palm Treo.

Perlahan namun pasti, IOS berhasil membangun komunitas loyal dan ekosistem aplikasi yang menggurita, sedikit demi sedikit menggeser dominasi Symbian sebagai penguasa pasar smartphone, sekaligus membunuh sistem operasi Windows Mobile dan Palm.

Sebenarnya tidak hanya Motorola saja yang terguncang, bahkan Ericsson sampai harus berduet dengan Sony mendirikan perusahaan patungan Sony-Ericsson guna menjawab tantangan perkembangan telefon selular yang semakin cepat dan berkembang luas. Namun sayangnya bahkan duet Sony dengan Ericsson guna bertahan dalam pasar smartphone tidak bertahan lama, selain daripada produk feature phone mereka yang semakin habis dimangsa oleh kehadiran telefon selular berbasis java dari dataran Tiongkok.

Lain cerita Motorola dan Sony Ericsson, lain pula dengan kisah dari RIM BlackBerry, awalnya, RIM sebagai pemain lama di industri smartphone seangkatan Palm, masih bisa bertahan, bahkan sempat mengguncang pasar smartphone seperti Nokia, akan tetapi kekuasaan tahta RIM di dunia luar negeri tidak selama di negara berkembang semacam Indonesia. Hal ini karena kebutuhan masyarakat yang berbeda, orang luar negeri kebanyakan membutuhkan layanan RIM pada level Push Mail services, ketimbang BBM services.

Dan hal ini yang tidak diantisipasi oleh RIM secara baik, karena service push mail, yang awalnya hanya dimiliki oleh RIM, perlahan mulai di miliki oleh para produsen smartphone lainnya, dari mulai Nokia, hingga Google Android. Bahkan Nokia yang terlambat dengan integrasi sistem Nokia Messenger Services (Nokia Mail, Nokia Ovi Chat, Nokia Push Mail), nampaknya berhasil menciptakan sistem yang mirip, walaupun kebanyakan pemakai Nokia pastinya memakai layanan Whatsapp atau fasilitas chat lainnya sebagai pengganti layanan Ovi Chat. Bahkan terakhir fasilitas Nokia Mail pun di merger dengan Yahoo Mail.

Hanya Google yang berhasil mengembangkan layanan push mail dan chat nya ke arah yang lebih baik, bahkan terintegrasi lebih sempurna dalam layanan Google Drive yang mencakup semua aspek aplikasi baik bisnis maupun personal, termasuk sosial media dan photo / video media.

Baik Motorola maupun Sony (walaupun harus membeli saham Ericsson) berhasil lolos dari lubang maut karena cepat membaca arah perubahan pasar, mereka menyediakan hardware yang sesuai dengan tuntutan jaman sementara untuk sistem operasi mereka menyerahkan semuanya kepada Google sebagai pembuat software Android dengan hanya melakukan sedikit penyesuaian agar dapat berjalan optimal pada hardware mereka.

Namun sayangnya, Nokia lebih tergiur menerima tawaran uang bantuan dari Microsoft agar berkolaborasi memakai software Windows Phone. Padahal, ekosistem Windows Phone masih belum matang, sementara pasar persaingan semakin sesak dan berdarah-darah. RIM sendiri sudah kewalahan terpojok di sudut arena pertandingan, sementara fokus para developer software semakin fokus di dua pasar saja, yakni pasar Android dan pasar IOS.

Hal ini nampaknya tidak pernah dikaji secara serius oleh para pendiri Nokia dan para pemegang sahamnya. Ketika saya menyaksikan sendiri betapa “gila”nya dunia Google Play dan Google Drive, saya langsung terhenyak, ini sudah tanda-tanda kematian software Microsoft Windows, apalagi Microsoft Windows Phone. Dengan layanan Google Drive + Google Play + Instagram for Android, praktis anda tidak perlu lagi lingkungan sistem operasi lainnya. Nyaris semua bisa dikerjakan lewat tablet maupun telefon selular. Kecuali beberapa software seperti untuk kebutuhan grafis dan developer 3D animation.

Nampaknya ke depannya kita akan menyaksikan semakin banyak perubahan permainan dalam dunia IT, akan banyak nama besar yang tenggelam maupun bangkit. Semoga saja kita sebagai konsumen yang lebih diuntungkan.

Rabu, 18 April 2012

Mengintip Peluang Berinvestasi Properti di Malaysia

Beberapa waktu yang lalu, kami dari team management mendapat undangan untuk menghadiri acara launching pemasaran produk properti dari salah satu perusahaan properti terkemuka di luar negeri. Dalam undangan tersebut tidak disebutkan secara detail, hanya entertainment dan launching new product demikian pesan yang kami terima di salah satu aplikasi pesan online pada piranti selular milik kami.

Acara yang berlangsung secara tertutup di hotel berbintang lima dan hanya dikhususkan kepada kalangan-kalangan atas ibukota tersebut, mengetengahkan bagaimana peluang berinvestasi property di negeri jiran tersebut. Lengkap dengan peluang pertumbuhan dan return on investment yang diramalkan melebihi return investasi properti jika kita berinvestasi di Indonesia maupun di Singapura.

Salah satu senior marketing asal Malaysia yang menemani kami berbincang-bincang, mengemukakan, bahwa peluang untuk berinvestasi di sektor property jika dilakukan di Singapura sudah tidak lagi menarik, beliau yang juga kebetulan bekerja di kantor pusat di negara Singapura tersebut mengatakan saat ini banyak investor maupun developer dari Singapore memilih untuk melakukan investasi di negara Malaysia, terutama wilayah Penang selain daripada Kuala Lumpur.

Dengan tingkat yield investasi properti di Malaysia yang masih mencapai sekitar 30 persen lebih per tahun, berinvestasi properti di Malaysia tentu adalah pilihan cerdas ketimbang membeli condo ataupun apartement mewah di Singapura yang harganya sudah cenderung stagnan.

Kami sendiri menilai, pasar investasi properti di Malaysia tentu sangat menarik, namun apabila membandingkan dengan tingkat harga di Jakarta, tentu peluang tersebut masih sama kuat. Walaupun kami mengakui, tingkat return di Malaysia sedikit lebih tinggi untuk beberapa klasifikasi level hunian, walaupun pada bentuk lain, berinvestasi properti di Indonesia masih cukup menarik.

Setidaknya dari acara tersebut kami memperoleh gambaran mengenai pentingnya asset allocation untuk investasi properti. Setidaknya dari gambaran mengenai pengenaan pajak investasi properti yang baru-baru ini dikeluarkan oleh pemerintah Singapura, telah berhasil membuat sebagian kalangan elit papan atas di Medan dan Jakarta pelan-pelan melakukan diversifikasi asset kepemilikan properti, tidak lagi melulu menempatkan uangnya di sektor properti dalam negeri, ataupun sektor properti di Singapura, namun juga melakukan diversifikasi asset ke sektor properti negara lain seperti Malaysia.

Rabu, 04 April 2012

Mengatasi Krisis BBM dan Kemandekan Infrastruktur Transportasi

Sebenarnya saya paling malas menulis sesuatu yang berhubungan dengan persoalan kenaikan harga BBM, karena itu bukan ranah profesionalitas saya untuk urusan perminyakan. Namun sebagai salah satu anggota Supply Chain Indonesia dan Asosiasi Logistik Indonesia, saya merasa berkewajiban untuk memberikan kontribusi pemecahan krisis minyak dan carut-marut infrastruktur transportasi di negara ini.

Krisis bahan bakar, bukanlah barang baru, sejak akhir era orde baru, kita sudah berkali-kali diingatkan bahwa minyak bumi kita sudah tidak akan lama lagi tersisa. Bahkan semalam dalam salah satu acara TV, seorang pengamat mengatakan minyak bumi Indonesia tidak sampai delapan tahun lagi, paling bagus dengan penghematan ekstrim sekalipun hanya bisa bertahan hingga 14 tahun lagi.

Lantas apakah yang bisa kita lakukan dalam mengatasi krisis BBM dan krisis Transportasi Publik ini? Berikut beberapa solusi yang saya tawarkan untuk segera ditindaklanjuti, dan semoga bukan untuk dijadikan ajang proyek korupsi baru:

Pengadaan Pompa BBG secara merata di seluruh SPBU Pertamina.

Sungguh suatu kenyataan yang ironis. Mengingat negara kita sama sekali tidak siap dengan energy alternatif, bahkan ketersediaan pompa gas yang digembar-gemborkan bisa menjadi alternatif bahan bakar minyak, ternyata tidak atau kurang tersedia secara massal. Anda bisa lihat sendiri di jalan-jalan raya, banyak bajaj BBG kembali berganti menjadi pengguna bensin. Bukan karena mahal, tapi karena ketersediaan pompa gas yang sangat langka. Padahal jika banyak SPBU Gas terutama ada di setiap SPBU Pertamina, tentu bukan hanya kendaraan umum yang suka rela memakai BBG tapi masyarakat umum juga akan terinspirasi dan termotivasi untuk beralih memakai BBG.

Yang kedua, masalah kecukupan sektor transportasi publik.

Bukan rahasia umum jika banyak orang membeli motor ataupun mobil, bukan semata karena harga bensin premium yang murah seperti uraian seorang pejabat publik. Namun karena kelangkaan infrastruktur transportasi publik. Anda bisa rasakan sendiri kalau anda pengguna bus transjakarta seperti saya, betapa sesak dan penuhnya Bus TransJakarta, bahkan kadang-kadang di jam-jam tertentu, kendaraan ini jarang lewat, kadang-kadang pada jam sibuk sekalipun terkadang ketersediaannya tidak sebanyak jumlah penumpang yang membutuhkannya. Sementara angkutan umum lain pendukungnya tidak tersedia secara baik. Kadang-kadang, untuk mencapai satu tujuan tertentu, seseorang harus berkali-kali berganti rute dan moda transportasi. Padahal jika dikombinasi dengan MRT bawah tanah dan juga Skytrain ataupun Monorel, maka akan banyak orang berfikir dua kali untuk membeli/membawa motor ataupun mobil.

Ketiga, masalah disiplin lalu lintas.

Anda pernah merasakan nyaris copot jantung ketika mendadak ada mobil atau motor menyalip jalur anda tanpa tanda-tanda baik lampu sein ataupun hal lainnya? Hal-hal kecil namun banyak seperti ini juga merupakan penyumbang terbesar dalam persoalan kemacetan di jalan raya. Bahkan kebiasaan angkutan umum seperti bus, metro mini, mikrolet, angkot yang berhenti berjam-jam di perempatan lalu lintas, jalanan yang sempit, sepertinya sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Hal ini sepertinya kurang mendapat tanggapan dari otoritas yang berwenang. Anda bisa coba rasakan sendiri jika berkendara di jalan by pass dekat pintu tol Pedati Jakarta Timur, terkadang macet bukan karena pintu tol, melainkan karena banyaknya bus dan mikrolet yang berhenti menunggu penumpang. Hal yang sama terjadi juga di dekat daerah Cawang Jakarta Timur dan lain sebagainya.

Pemberantasan parkir liar yang dipelihara bertahun-tahun.

Anda pernah melewati perempatan Harmoni dari arah Hayam Wuruk? Anda lihat, bahwa jalur paling kiri untuk belok kiri ke arah jalan Juanda macet luar biasa hanya karena adanya parkiran liar di pertokoan pinggir jalan yang sepertinya kebal hukum dan dibiarkan bertahun-tahun. Hal ini terjadi tidak hanya di jalanan tersebut, namun di banyak jalan ibu kota, malahan di banyak sekolah favorit parkir liar di jalan umum sepertinya sengaja dilegalkan seperti di jalan Pemuda dan banyak jalan lain yang ada sekolah favoritnya, akibatnya transportasi umum yang sedianya bisa tepat waktu melayani kebutuhan masyarakat ikut terganggu.

Sebenarnya ada banyak hal lain yang bisa dilakukan, namun ini sedikit saja dari sumbang saran saya, termasuk juga kesiapan pemerintah untuk mempersiapkan energy alternatif untuk transportasi umum, seperti pengadaan kendaraan umum berbahan bakar listrik seperti MRT, Skytrain/Monorel, subsidi pajak untuk kendaraan hybrid terutama yang akan dipergunakan sebagai sarana transport umum / publik.

Yang terpenting, jangan usulan-usulan ini dijadikan sebagai proyek korupsi baru, karena jika hanya berfikir untuk jadi ajang korupsi, maka hasilnya bisa mirip seperti awal-awal implementasi tabung gas 3kg, di mana masyarakat jadi malas memakainya.

Minggu, 18 Maret 2012

Market Outlook 2012: Tantangan di tengah laju inflasi dan perlambatan ekonomi

Tidak terasa, tahun 2012 telah memasuki pertengahan bulan Maret, ketika di awal-awal tahun investor merasa cukup optimis, namun ancaman kenaikan harga minyak dunia dan perlambatan pemulihan ekonomi akibat krisis Eropa dan melambatnya perekonomian China berpengaruh luas dan berimbas juga ke dalam negeri Indonesia.

Kenaikan harga surat hutang Indonesia di tengah kenaikan peringkat investasi, ternyata tidak selamanya abadi. Menjelang akhir Februari 2012 banyak investor asing yang melepas kepemilikan SUN Indonesia secara terus menerus mengantisipasi kemungkinan kenaikan laju inflasi yang akan terjadi jika pemerintah benar-benar jadi menaikan harga bbm bersubsidi. Selain daripada harga surat hutang negara kita yang memang juga sudah kemahalan saat itu, dengan tingkat yield yang sudah tidak menarik lagi dibandingkan beberapa negara tetangga.

BBM bersubsidi sudah dipastikan sulit untuk tidak dinaikan, terlebih lagi buruknya sistem infrastruktur, transportasi dan distribusi bbm yang rawan oleh kebocoran, menyebabkan banyak terjadi penimbunan dan penyelundupan bbm keluar negeri selama bertahun-tahun dan sulit untuk diberantas. Apalagi yang namanya disparitas harga tentu saja selalu mengundang kebocoran quota baik karena ulah penyelundup dan penimbun maupun konsumsi masyarakat akibat buruknya infrastruktur dan sistem transportasi massal.

Upaya menekan gelembung kredit dengan mengubah struktur uang muka kredit, sebenarnya bagus-bagus saja, namun harus dipertimbangkan matang-matang, karena selain menekan pertumbuhan industri kendaraan bermotor dan properti, hal ini juga menimbulkan keresahan dalam masyarakat kita yang harus diakui masih berpenghasilan rendah.

Terlebih buruknya sistem infrastruktur dan transportasi massal yang memang masih jauh dari sempurna sehingga masyarakat enggan menggunakan sistem transportasi massal yang murah yang mana sebenarnya dapat menjadi katup pelepas ancaman inflasi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global sendiri seharusnya dapat diantisipasi jika saja pemerintah kita tidak sibuk dengan politik pencitraan dan mengabaikan ancaman ekonomi biaya tinggi akibat buruknya sistem logistik nasional dan infrastruktur jalan raya dan transportasi umum selain daripada birokrasi yang berbelit dan penuh dengan korupsi.

Ancaman kenaikan bbm ini sendiri, tidak saja akan menekan pasar obligasi dalam negeri, namun juga pasar saham juga akan tertekan terutama industri-industri yang terpengaruh oleh kenaikan bbm dan laju inflasi. Termasuk di dalamnya sektor otomotif, sektor keuangan dan juga sektor properti.

Bantuan langsung tunai yang sekarang namanya sudah diubah, tidak akan banyak membantu, karena ibaratnya hanya memberikan ikan, bukan kail. Ini lebih cenderung kepada politik pencitraan saja, di tengah badai korupsi dan krisis politik dalam negeri. Salah satu media asing malah memberitakan investor mulai khawatir dengan stabilitas politik dan masa depan ekonomi Indonesia. (http://www.cnbc.com/id/46702066?)

Ini menjadi suatu tantangan yang harus segera dipecahkan, jika kita tidak dapat mengantisipasi masalah ini dalam waktu singkat, dipastikan ekonomi kita akan tertinggal lagi seperti saat pemulihan krisis asia tahun 1998 lalu, di mana Korea Selatan dan China melejit sementara kita cenderung tidak bergerak dan jalan di tempat sampai tahun 2005.

Kita jangan terburu-buru bangga dengan investment grade yang bertubi-tubi diterima, karena ada masalah-masalah mendasar yang hingga kini tarik ulur tidak selesai-selesai sejak jaman reformasi. Dari mulai persoalan birokrasi yang korup, lamban dan tidak efisien, infrastruktur yang buruk, transportasi massal yang buruk, logistik nasional yang berbiaya tinggi akibat buruknya sistem infrastruktur dan lain sebagainya.

Ini adalah pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan, dan tidak bisa ditunda-tunda lagi, mengingat umur pemerintahan sekarang kurang dari dua tahun lagi. Semoga saja masih ada kesadaran untuk mengubah keadaan.

Minggu, 01 Januari 2012

Catatan Kecil 2011: Ketidakadilan Sosial dalam Pemerataan Pembangunan

Note: Tadinya tulisan ini akan diposting malam tahun baru, tapi kesibukan penulis menyebabkan artikel ini baru ditulis awal tahun.

Sepanjang perjalanan tahun 2011, terjadi banyak peristiwa dalam dunia ekonomi dan bisnis di Indonesia. Dari mulai keputusan plin-plan untuk menaikan harga bbm ataupun membatasi subsidi bbm yang selalu mundur sejak tahun 2010, dibatalkannya pembangunan monorail digantikan dengan sistem yang lain, sehingga kemacetan bertambah parah, gejolak ekonomi global akibat krisis Eropa yang menghancurkan harapan para analisis pasar modal supaya dagangannya laku dengan sesumbar indeks tembus 4400, sampai kebijakan menurunkan suku bunga.

Namun ada hal-hal kecil yang terabaikan dan akan cenderung tetap diabaikan, yakni keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal sistem ekonomi Indonesia adalah Sistem Ekonomi Sosial Pancasila, yang cenderung berasaskan sistem Sosialis bukan Kapitalis. Tapi sayangnya kita jauh lebih kapitalis ketimbang negara-negara kapitalis itu sendiri.

Kehadiran supermarket mini di berbagai tempat banyak mematikan potensi ekonomi warung dan pasar-pasar tradisional yang tadinya banyak memberikan sumbangan sebagai tulang punggung ekonomi negara kita. Begitu juga dengan sistem transportasi massal yang merakyat, terjangkau dan efektif sebagai pengurang kemacetan di berbagai kota di Indonesia. Kehadiran armada Bus Transjakarta misalnya, masih jauh dari harapan sebagian besar rakyat (termasuk penulis). Jumlah armada yang jauh dari mencukupi, jelas sangat menimbulkan ketidak-nyamanan bagi para penumpang serta menyebabkan banyak keterlambatan tiba di tempat kerja maupun pulang ke rumah. Sehingga alternatif motor maupun mobil pribadi, tetap menjadi pilihan banyak rakyat, apakah itu harus kredit, beli bekas, dan lain sebagainya. Padahal kemajuan pembangunan yang banyak ditunjukan oleh angka-angka setiap tahunnya, masih jauh panggang dari api. Karena tidak menyentuh aspek kehidupan rakyat banyak. Apa gunanya kemajuan pembangunan ekonomi jika kesenjangan sosial dan ekonomi semakin tinggi?

Tragedi Mesuji, Bima, dan lain sebagainya adalah contoh bagaimana runyamnya jika kesenjangan ini tidak diatasi dengan baik. Ini ibarat menyimpan bara api dalam sekam, suatu waktu akan meledak menjadi revolusi sosial yang menakutkan. Jika hal itu sampai terjadi, keamanan bagi orang kaya dan pemilik modal menjadi hal yang sangat riskan.

Sebaiknya di tahun 2012 ini, pemerintah harus lebih bijaksana dalam membuat banyak kebijakan, dan bisa menyeimbangkan antara kepentingan dunia usaha dan kepentingan rakyat kecil. Lebih baik meningkatkan ekonomi dengan pemerataan pembangunan secara adil dan beradab ketimbang melulu hanya melihat dari angka-angka saja. Semoga tragedi-tragedi kemarin menjadi bahan pembelajaran agar bisa introspeksi lebih baik.