Jumat, 14 Juni 2013

Ketika Kepercayaan Asing Mulai Hilang

Beberapa hari ini terjadi peristiwa yang sangat fantastis di bursa saham kita, indeks harga saham gabungan yang awalnya sempat menyentuh level tertinggi di 5210 sebulan yang lalu, mendadak sontak terjun bebas hingga sempat menyentuh di level terendahnya pada angka 4510 hanya dalam waktu sebulan.

Dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya, memang aksi selling besar-besaran di bursa efek Indonesia sedikit berbeda, meskipun negara-negara tetangga ada yang mengalami lebih parah, namun kondisinya berbeda sebab Indonesia nyaris meraih peringkat investment grade dalam waktu singkat. Untuk bursa emerging market, dengan peringkat sebaik Indonesia, kejatuhan sedalam itu tentu sangat mengkhawatirkan, karena artinya peringkat atau rating investment yang sebentar lagi akan diraih menjadi tidak ada artinya.

Persoalannya sebenarnya bukanlah terletak kepada pompaan stimulus yang akan segera berakhir dari negara-negara investor terutama dalam hal ini The Fed di Amerika Serikat, ataupun perlambatan prediksi pertumbuhan global, dan juga masalah di Tiongkok dan Jepang. Akan tetapi karena sikap pemerintah sendiri yang terkesan main-main dalam membuat komitmen kebijakan dan terutama dalam keseriusan pelaksanaannya.

Akibatnya ketika perekonomian global mengalami perlambatan, defisit neraca perdagangan semakin terpuruk, hal ini ditambah oleh semakin parahnya penyelundupan bbm ke luar negeri, korupsi yang terkait masalah-masalah import dan perdagangan terutama dalam hal pertanian, dan kekurangperdulian pemerintah dalam melaksanakan program-program pemercepatan pembangunan termasuk di antaranya MP3I.

Tengok saja masalah infrastruktur, pembangunannya seperti maju mundur jalan di tempat, banyak hal menjadi kendala, dari mulai korupsi, birokrasi yang berliku, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan janji swasembada pangan yang seperti janji-janji surga, malah justru menimbulkan kekacauan baik dalam hal import pangan maupun kemandirian untuk memajukan pertanian dan peternakan dalam negeri.

Memilih para menteri dari partai, juga adalah salah satu bentuk kegagalan pemerintah, partai tidak akan bisa menjalankan birokrasi, siapapun itu. Bahkan di jaman Soeharto sekalipun, beliau lebih memilih para profesional atau setidaknya birokrat yang sudah paham masalah di lapangan ketimbang menunjuk orang partai untuk menduduki jabatan-jabatan strategis seperti pertanian, telekomunikasi, kehutanan dan lain sebagainya, kecuali menjelang beliau jatuh baru para profesional tersingkirkan.

Sikap plin plan dalam menentukan kenaikan bbm pun menambah panjang daftar deret kegagalan pemerintah, sikap mau enak sendiri dalam melindungi nama baik dan pencitraan diri, harus ditembus oleh ketidakpercayaan investor asing, berbagai lembaga peringkat mulai bersiap-siap untuk melakukan down grade rating Indonesia, hal ini berakibat larinya sebagian dana asing ke tempat lain. Bahkan beberapa investor asing yang melakukan investasi secara langsung (Direct Foreign Investment) pun berencana memindahkan pabriknya ke negara lain karena keplin-planan pemerintah menghadapi aksi buruh, dan terutama semakin mahalnya biaya "pelicin" di tanah air, karena oknum-oknum yang semakin lama semakin mirip para preman dalam melakukan pemerasan terhadap para pengusaha baik lokal maupun asing.

Hal ini jika dibiarkan terus menerus, akan semakin memperparah keadaan, dan menyusahkan pemerintah sendiri dalam melakukan penataan keuangan negara terutama arus pembayaran hutang dan strategi menekan defisit perdagangan. Adalah tidak adil jika dalam hal ini rakyat yang selalu menjadi korban, sudah sepatutnya para politisi, koruptor, maupun pemerintah sendiri yang seharusnya membayar mahal atas segala perbuatannya.

Jangan heran jika nanti pada pemilu 2014, banyak partai yang harus menelan pil pahit kekalahan karena rakyat semakin cerdas dan semakin tahu siapa saja yang bisa dipercaya atau tidak. Anda bisa saksikan sendiri dilayar televisi, bagaimana setiap acara berita yang menampilkan komentar penonton selalu berisikan caci maki tidak sedap yang intinya menggambarkan kekecewaan mereka terhadap sikap pemerintah.

Semoga saja mereka-mereka lekas sadar dan berusaha memperbaiki keadaan sebelum segalanya terlambat, karena rakyat bisa saja tidak sabar dan memilih turun ke jalanan. Apalagi selama ini tidak pernah ada keadilan bagi rakyat kecil, sudah barang tentu pengadilan jalanan adalah hal yang tidak terhindarkan jika para pemimpinnya terlena oleh harta - tahta - dan kenikmatan duniawi.

Kamis, 25 Oktober 2012

Tantangan Perekonomian Indonesia 2013

Sidang pembaca yang terhormat, tidak terasa kita telah menapaki minggu-minggu terakhir di bulan Oktober 2012. Namun krisis global masih jauh dari kata usai, berlarutnya krisis Eropa dan memanasnya situasi di kawasan Timur Tengah dan Asia Raya serta perlambatan ekonomi di Tiongkok telah semakin menyulitkan kondisi perekonomian dunia.

Hingga saat ini kondisi bursa maupun pertumbuhan bisnis mengalami perlambatan di hampir segala bidang. Bahkan untuk sektor konsumsi yang diperkirakan masih cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi sekalipun mulai terasa sesak, selain karena kuatnya permintaan kenaikan upah buruh, juga karena ancaman kenaikan tarif listrik dan gas untuk industri. Padahal konsumsi masyarakat tanpa terasa perlahan-lahan mulai menurun. Walaupun belum sampai terukur, namun setidaknya mulai timbul kekhawatiran akan ancaman krisis yang akan semakin berlarut-larut sehingga banyak industri elektronik dan pakaian dan pedagang menurunkan stok barang dengan melakukan obral maupun diskon serta terus menerus beriklan.

Sementara permintaan ekspor semakin menurun, karena pasar Eropa sudah tidak lagi mampu menyerap kelebihan produksi dari negara lain, di sisi lain Jepang dan Tiongkok pun sudah mulai mengurangi impor dari negara-negara tetangga.

Ramalan perdagangan antara Timur dengan Selatan pun nampaknya semakin tidak lagi relevan, karena ternyata bukan hanya negara-negara Eropa saja yang mengurangi impor, negara-negara di kawasan Amerika Selatan pun juga demikian, bersikap sama seperti negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Timur.

Lebih mengerikannya lagi, dari kawasan Eropa, nampaknya Jerman sudah berada di ujung jurang resesi, setelah sebelumnya Perancis sudah terlebih dahulu jatuh ke dalam resesi akibat semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi kawasan. Saat ini demonstrasi anti PHK sudah menjadi pemandangan yang biasa di Perancis, di khawatirkan, menjelang musim dingin, Jerman pun akan segera menyusul dengan serangkaian program penghematan maupun restrukturisasi.

Bank Indonesia sendiri saat ini berada dalam posisi serba salah, dengan ekspor yang semakin melemah, impor semakin deras masuk, dan konsumsi domestik yang harus dijaga agar jangan sampai terjadi bubble, menyebabkan pemerintah tidak dapat berbuat banyak. Menahan suku bunga serta berusaha membuat regulasi-regulasi adalah jalan yang masih bisa dilakukan namun tidak akan berimbas banyak.

Di sisi lain, pembangunan dan pembenahan infrastruktur serta perbaikan birokrasi masih berjalan sangat lambat. Sehingga ekonomi berbiaya tinggi tetap merupakan masalah yang sulit diatasi hingga saat ini dan membebani sektor usaha baik skala besar maupun kecil. Padahal jika pemerintah bisa dengan cepat membenahi hambatan-hambatan pembangunan, maka tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi bisa dikurangi dan pertumbuhan ekonomi bisa menjadi lebih baik lagi.

Hal ini akan menjadi batu sandungan bagi target pertumbuhan ekonomi di tahun depan (2013) baik dari sisi bisnis maupun penerimaan negara dari sektor pajak. Intensifikasi perpajakan dengan segala cara, tidak akan berdampak banyak jika sektor usaha tertekan, para pemilik modal akan memilih untuk menutup usahanya ataupun merelokasi ke negara lain jika perekonomian makro memburuk dan terus-menerus diganggu oleh demonstrasi buruh. Padahal saat ini, harapan kita hanya tinggal kepada sektor dalam negeri saja. Ini menjadi hal yang sangat krusial dalam menentukan arah kebijakan makro pembangunan tahun depan.

Semoga para petinggi negara ini bisa lebih bijaksana dan berhati-hati dalam menjalankan amanah rakyat terutama dalam membangun kebijuakan ekonomi serta implementasinya di lapangan, karena jika tidak, hanya dengan satu riakan krisis tambahan di luar negeri, kita pun bisa ikut terhantam keras.

Minggu, 29 Juli 2012

Serial Manajemen Strategik: Skak Mat untuk Nokia

Beberapa hari terakhir ini, dunia industri mobile cellular dikejutkan oleh berita penutupan pabrik Nokia di Finlandia. Meskipun sebagian kalangan menilai berita tersebut tidak terlalu mengejutkan, namun tetap banyak konsumen Nokia dan fans fanatik Nokia yang terkejut dan lemas.

Saya sendiri menilai penutupan pabrik tersebut tidak terlalu aneh, mengingat dengan kondisi finansial yang terus-menerus berdarah-darah selama lebih dari enam bulan, tidak langsung dinyatakan pailit sekalipun sudah puji syukur. Secara keuangan, Nokia sudah bisa untuk dinyatakan bangkrut, namun secara hukum, jelas belum dikatakan bangkrut.

Bahkan menurut laporan dari Business News Network per tanggal 20 April 2012 yang ditulis oleh Mark B, kerugian Nokia telah mencapai Ninety One Billion Dollars (silahkan dirupiahkan sendiri), dan terus mengalami pendarahan non-stop, walaupun dikabarkan oleh beberapa sumber penjualan Lumia smartphone sudah mulai membukukan kenaikan. Namun setidaknya di pasar dalam negeri (Indonesia) beberapa counter Nokia Shop tetap sepi, berbeda dengan counter-counter penjualan toko lainnya yang menjual berbagai jenis merek smartphone maupun feature phone.

Sementara itu, tim developer Nokia Meego, yang sebelumnya diklaim akan menaklukan dunia smartphone, terpaksa angkat kaki, bedol deso, mendirikan perusahaan sendiri bernama Jolla Mobile akibat dilakukannya proses penghentian pengembangan operating system mobile Meego oleh Nokia yang memutuskan untuk secara penuh berkonsentrasi hanya pada pengembangan Windows Phone.

Sebenarnya kekeliruan dan kejatuhan Nokia tidak dimulai pada tahun belakangan ini. Awal mula jatuhnya Nokia menurut beberapa sumber, dimulai tepatnya sekitar satu dasawarsa yang lalu. Saat itu visi dan misi Nokia berubah, dari leader in technology, menjadi back to feature phone. Padahal sekitar satu dasawarsa yang lalu, di awal tahun 90'an dalam berbagai pengembangan R&D, Nokia telah berhasil mengembangkan teknologi layar sentuh untuk smartphone, jauh lebih awal ketimbang Apple maupun Samsung.

Namun karena orientasi bisnis yang berubah, maka ketika Apple datang dengan konsep baru mengenai bagaimana seharusnya masa depan telefon selular, maka Nokia menjadi tertinggal, terlebih lagi, sebagian produsen yang tidak puas dengan monopoli IOS milik Apple, problema windows mobile dan arogansi Nokia di dunia Symbian, mereka pun lalu beramai-ramai pindah haluan ke Android, maka pukulan itu semakin telak menghantam pasar produk-produk Nokia. Symbian mobile pun ditinggalkan oleh sebagian besar produsen smartphone termasuk Sony Ericsson yang belakangan beralih menjadi Sony Mobile juga akibat krisis.

Lantas apakah Symbian itu jelek? Tidak juga, bagaimanapun, symbian hingga di versi terakhir ini yakni Belle fp1 (Carla) berhasil menutup kekurangannya dari Android (dari mulai adanya fitur tethering, fitur NFC, fitur dolby digital plus, antar muka yang semakin baik mirip android, hingga kepada keunggulan khas symbian yang hemat penggunaan memory dan prosesor), namun sifat jelek Nokia yang tidak juga merawat dan mengembangkan Nokia Application Store nya yang bernama Ovi Store berujung kepada semakin banyak developer aplikasi yang memilih bedol deso pindah mengembangkan aplikasi hanya untuk Android dan IOS.

Sejujurnya ada banyak kesempatan untuk menyelamatkan Nokia setidaknya jika usaha itu sudah dimulai sejak sebelum tahun 2006. Seandainya saja Meego sudah dijual dan diperkenalkan secara global sejak tahun 2006 atau setidaknya tahun 2007, dan Ovi Store sudah berisi aplikasi-aplikasi menarik dan berkualitas sejak tahun 2007, tentu Nokia tidak perlu mematikan sekian banyak pabrik miliknya. Namun sifat arogan dan intrik yang menjadi ciri khas perusahaan besar cenderung menutupi kekeliruan visi dan misi Nokia dalam menatap abad masa depan.

Sayangnya produk Nokia 770 yang diluncurkan pada tanggal 25 Mei 2005 pada Linux World Summit di New York, dan memulai debut penjualannya pada tanggal 3 November 2005, dijual dalam bentuk internet tablet dan bukan smartphone, serta mengalami kegagalan penjualan karena spesifikasi hardware yang saat itu belum mampu menjalankan sistem operasi Maemo (yang menjadi cikal bakal Meego) secara sempurna. Seandainya saja perbaikan akan kegagalan itu (Nokia 770) pada project Nokia 800 yang diluncurkan pada Januari 2007 meliputi perubahan orientasi menjadi smartphone dan bukan menjadi internet tablet, tentu ceritanya akan lain. Namun nasi sudah menjadi bubur.

Saya menjadi teringat akan kata-kata salah satu mentor saya sekaligus bekas atasan saya "Change Management itu penting, namun lebih penting lagi Manajemen Antisipasi, karena bisnis selalu menyangkut visi jangka panjang yang harus di antisipasi sejak dini".

Selasa, 17 Juli 2012

Tips langkah-langkah awal memulai usaha wiraswasta


Semakin tidak kondusifnya perekonomian global, berakibat munculnya gelombang PHK massal di berbagai negara. Dari mulai Eropa hingga sebagian kawasan Asia. Indonesia sendiri tidak lepas dari ancaman terjadinya PHK massal pasca libur lebaran tahun ini, meskipun baru perkiraan, namun dikhawatirkan, bengkaknya biaya operasional akibat kenaikan komponen tarif dasar gas industri dan kemungkinan kenaikan tarif listrik, serta semakin beratnya biaya operasional dalam hal upah dan gaji (terutama upaya penghapusan outsource), akan berdampak kepada pengurangan beban biaya operasional secara besar-besaran demi menjaga eksistensi perusahaan, jika tidak, maka terpaksa dilakukan penutupan usaha.

Maka daripada itu, kami cukup khawatir akan terjadinya ledakan pengangguran dalam jumlah cukup besar, meskipun kemungkinan mereka masih akan mendapat pesangon maupun persiapan pelatihan dasar untuk bisa sekedar bertahan hidup (namun kami agak meragukan hal terakhir ini).

Oleh karena itu kami akan membagikan sedikit tips awal untuk memulai langkah-langkah berwiraswasta:
  1. Pilih bidang usaha yang anda minati dan memiliki hasrat dan pengetahuan di dalamnya. Tidak mudah memang, terutama jika kita sudah lama dan terbiasa berada dalam zona aman. Seringkali kesibukan kerja membunuh instink kita untuk berkreasi maupun mengasah minat dan kesukaan yang mampu mendatangkan uang. Jika anda telah menentukan minat, maka segeralah asah pengetahuan dan perbanyak bacaan serta ketrampilan mengenai bidang usaha yang hendak anda tekuni. Kadang-kadang hal-hal yang kita rasakan kuasai, ternyata setelah berada di lapangan berbeda drastis dengan yang kita pikirkan. Seorang yang sehari-hari mengerjakan pekerjaan keahlian tertentu, belum tentu bisa sukses berbisnis dalam bidang tersebut, karenanya perlu sekali belajar dari orang-orang yang telah sukses merintis usaha di bidang tersebut.

  2. Perluas dan perbanyak jaringan bisnis dan pertemanan. Seringkali tawaran-tawaran peluang bisnis dan dukungan pengembangan bisnis datang dari rekan-rekan di dalam jaringan tersebut. Namun anda tetap harus hati-hati, karena tidak pernah ada yang namanya makan siang gratis, siapapun itu, anda harus tetap berhati-hati dan mempersiapkan akan datangnya hal-hal yang tidak terduga. Karena yang namanya uang tidak mengenal tuan. Bisa saja hari ini anda adalah big boss, namun esok lusa anda menjadi pengangguran karena didepak oleh karyawan sendiri yang bekerja sama dengan partner bisnis anda atau bahkan investor anda. Di kalangan sebagian orang, dikenal istilah namanya menggunting dalam lipatan, peribahasa ini telah terbukti berkali-kali terjadi di dalam dunia bisnis, oleh karena itu, sebagian kalangan, sangat memperhatikan faktor nama baik dan reputasi keluarga mitra bisnisnya

  3. Pilihlah keunikan dan nilai unggul dalam produk/jasa anda. Kebanyakan orang tidak sadar, ketika memulai berbisnis, terjebak di dalam fenomena banting harga. Padahal, ada kalanya, harga bukan segalanya. Anda harus bisa mencari celah dan ceruk pasar yang unik. Anda harus menentukan posisi anda di dalam peta persaingan usaha. Jika anda menilai terlalu tinggi jasa/produk anda, sementara hal yang anda tawarkan itu tidak punya keunggulan yang sangat spesifik dan memiliki nilai tambah, maka orang akan berpaling kepada usaha sejenis dengan harga dan kualitas yang jauh lebih baik. Misalkan anda memulai usaha bisnis jasa pembuatan desain web (web desainer). Tentukan, apakah anda ingin bersaing berdarah-darah di usaha web murah meriah, atau anda akan spesifik kepada desainnya, atau anda akan spesifik kepada faktor security (keamanannya) atau kepada tingkat kesulitan dan kompleksitas pengelolaan databasenya.

  4. Jaga kredibilitas dan brand image. Seringkali kita ketika memulai berusaha, melupakan faktor nama baik, kredibilitas dan pandangan orang terhadap produk/jasa kita. Padahal, ini yang paling penting dalam berbisnis. Mengulur-ulur pembayaran kepada supplier atau peminjam modal, adalah tindakan yang sangat fatal dan berakibat kepada munculnya nama anda di dalam daftar hitam jaringan bisnis usaha yang anda tekuni. Misalnya salah satu usaha bisnis, seringkali bertindak arogan dan mengabaikan keluhan para pelanggannya, padahal bukan hanya sekali dua kali orang-orang melakukan komplain, akibatnya, kehilangan pelanggan adalah hal nyata yang akan terjadi dan bahkan kehilangan pasar potensial dan pangsa pasar yang dikuasainya.

  5. Berhemat dalam operasional secara terencana serta sisihkan uang untuk modal kerja dan penambahan investasi alat-alat produksi/jasa. Banyak orang yang jika sudah untung besar dan berada di atas, melupakan faktor persiapan akan hal tak terduga maupun merencanakan pengembangan usaha. Padahal namanya bisnis adalah sama dengan hidup, harus selalu bertahan dan berjuang. Banyak pengusaha dan pengrajin kita, ketika sudah kebanjiran order dan menerima banyak uang, malah mendahulukan membeli mobil mewah ataupun mobil sport. Hal ini tidak salah, namun akan lebih baik jika keuntungan itu disisihkan untuk laba ditahan dan penambahan modal kerja. Dengan demikian usaha bisa lebih berkembang, dan mendapatkan kepercayaan dan pinjaman modal dari bank menjadi lebih mudah. Karena anda dipercaya oleh pihak bank mampu mengelola perusahaan secara profesional. Sebaiknya untuk keperluan sehari-hari, pemilik perusahaan mencadangkan alokasi dana secukupnya saja untuk biaya hidup dan keperluan pribadi dalam bentuk gaji tetap komisaris/pemilik. Atau disisihkan sebagian saja dari laba tahunan, namun jangan menganggu arus kas perusahaan untuk kepentingan pribadi yang tidak ada urusannya dengan produktivitas usaha.
Demikian sebagian kecil saja tips dan nasehat dari kami mengenai langkah-langkah awal yang harus dipahami dalam berwirausaha. Ke depannya kami akan mencoba membuat lebih banyak dan lebih lengkap lagi kiat-kiat dalam memulai usaha.

Senin, 09 Juli 2012

Pentingnya tetap melakukan diversifikasi asset


Pentingkah diversifikasi asset, mengapa harus didiversifikasi? Tulisan ini saya buat kembali, karena beberapa kali dalam berbagai kesempatan, banyak peserta yang bertanya kepada saya, “Jadi yang bagus itu taruhnya di mana Pak?”. Tentu saja ini bukan pertanyaan yang mudah, karena setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, walaupun semuanya menginginkan sejahtera secara finansial dan juga lahir bathin.

Sejatinya, ada pepatah “Don’t put all your eggs on one basket”. Pepatah itu ada benarnya, dan terbukti lebih sering benar ketimbang salah. Peristiwa krisis global tahun 2008 yang lalu, telah memberikan pelajaran mengenai pentingnya kita melakukan diversifikasi asset secara terencana dan benar.  Ada kalanya kita sering tidak menyadari, ketamakanlah yang sering membuat kita bangkrut atau rugi besar.

Mungkin masih ada yang ingat, ketika semua orang berlomba-lomba membeli saham x, justru diam-diam banyak yang melepas saham tersebut. Ketika itu, bahkan sampai banyak perusahaan manajemen investasi asing yang terkecoh dan menderita rugi besar. Dengan harga saham mendekati 9000 rupiah, sementara nilai convertible bonds nya hanya dihargai seharga 3000 rupiah, tentu adalah suatu kegilaan jika masih bertahan dengan portfolio asset mayoritas di saham x tersebut hanya demi mengejar “prestasi” sebagai pengelola asset manajemen terbaik dan bisa menjaring investor lebih banyak.

Saat itu, banyak orang yang lupa, setinggi-tingginya harga saham, suatu saat bisa jatuh untuk melakukan penyesuaian harga. Pada saat itu, bahkan banyak orang yang bertaruh dengan segala kekayaan yang dimilikinya untuk membeli saham tertentu itu. Ada juga yang membeli reksadana saham sebanyak-banyaknya yang terlihat sedang kemilau, tanpa memperhitungkan kenaikan bursa saham sudah tidak lagi wajar dan memasuki tahap bubble.

Tahun 2007 bulan November, saat IHSG memasuki fase tertingginya di harga 2700-2800, banyak analisis yang masih berteriak-teriak bursa akan terbang ke 3000 - 3500. Padahal pada awal tahun 2007, masih ada analisis yang berkata nilai wajar bursa kita saat itu di harga 2500. Deviasi 200 angka indeks, tentu saja sebenarnya bukan masalah, namun jika di dominasi oleh saham-saham tertentu saja, tentu saja menjadi sangat berbahaya, apalagi jika nilainya sudah tidak wajar.

Sementara, ada banyak instrumen lain yang masih menawarkan potensi keuntungan di luar saham, meski tidak sebaik kinerja saham. Namun orang seringkali silap mata, dan cenderung mengabaikan prinsip prudent (kehati-hatian) saat berinvestasi. Padahal, dalam dunia investasi, selain faktor kinerja, faktor kehati-hatian juga memiliki peranan penting yang tidak boleh diabaikan. Banyak orang pada saat itu (tahun 2008) yang mengabaikan pentingnya memegang uang cash dalam jumlah cukup. Akibatnya, ketika ramai-ramai terkena force sell (likuidasi/penjualan paksa karena bermain dengan margin/modal pinjaman) banyak yang langsung bangkrut, bahkan tidak sedikit yang bunuh diri ataupun stress dan sakit.

Ketika awal tahun banyak analisis berpendapat indeks bisa menembus batas 4600, saya hanya terdiam saja, ya mungkin-mungkin saja bisa. Tapi sebaiknya gunakan akal sehat saja, dengan belum beresnya krisis Eropa, Amerika, ditambah Jepang, apa iya kita masih bisa terbang tembus ke awan? Berapa sih banyaknya modal orang lokal? Meskipun ramai-ramai menaruh uangnya di pasar modal, kalau porsi asing justru berkurang tentu yang terjadi bursa akan mandek.

Sementara di lain pihak, banyak para spekulan maupun penipu gencar menawarkan investasi emas dari mulut ke mulut bahkan sampai hunting nomer telefon rumah lewat jual beli data secara rahasia entah dengan pihak mana. Padahal justru sekarang harga emas terkoreksi cukup dalam, meski masih ada peluang naik lagi.

Ada kalanya, kita harus waras, eling, dan mawas diri. Kadang-kadang, bayangan keuntungan di depan mata, justru menjadi penyebab kita jatuh ke dalam jurang kemiskinan dan menjadi korban penipuan investasi bodong. Ada baiknya, kita tidak menaruh semua uang di instrumen investasi yang berisiko, jika terpaksa taruhlah hanya sebagian kecil saja. Lebih baik mencicil pembelian instrumen investasi secara teratur, ketimbang menaruh semua uang hanya di satu produk investasi saja.

Sisakan selalu uang anda dalam bentuk cash, setidaknya untuk biaya hidup enam bulan ke depan (jika anda masih aktif bekerja dan berada di usia produktif). Jangan pula anda menjudikan masa depan anda di produk-produk yang anda tidak kenali secara pasti sifat-sifatnya dan anda kuasai betul permasalahannya. Selalu pelajari terlebih dahulu secara baik-baik dan mendalam akan suatu hal.

Terakhir, jangan pula membeli sesuatu dan berinvestasi sesuatu, tanpa merencanakannya secara matang, dan mempertimbangkan situasi terburuk dari berbagai sisi kemungkinan yang akan terjadi.

Selasa, 26 Juni 2012

Di Ambang Kegagalan Penanganan Krisis Global

Tidak terasa sudah nyaris lima tahun kita hidup dalam krisis yang di awali oleh meledaknya krisis subprime mortgage di Amerika yang gejolaknya mulai terasa di bulan Agustus 2007 dan meledak hebat di tahun 2008 hingga awal 2009. Krisis yang sempat memporak-porandakan seluruh bursa saham di dunia tersebut karena berujung kepada bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan ternama kelas dunia, ternyata masih menyisakan banyak gejolak yang hingga saat ini tidak terselesaikan.

Awalnya bantuan likuiditas dari bank sentral dan pemerintah Amerika ke pasar dalam negeri Amerika telah membantu menenangkan kepanikan dan meredakan kerusakan yang diciptakan oleh badai kegagalan sistem keuangan di wall street. Namun ternyata, cerita tidak berhenti sampai di sana.

Guncangan muncul dari gagalnya Yunani menyelesaikan hutang-hutangnya yang jatuh tempo pada tahun 2010 kemarin. Hutang yang timbul dari gaya hidup pemerintahan yang tidak sehat, lebih besar pasak daripada tiang, memang berhasil menghantarkan negeri para dewa tersebut jatuh ke dalam krisis yang sangat besar, jauh lebih mengerikan ketimbang krisis yang dialami oleh Indonesia di tahun 1998. Ancaman terjadinya negara gagal begitu kuat, bahkan dalam kurun waktu kurang dari setahun terjadi beberapa kali pemilu. Itupun diperkirakan tetap tidak akan menyelesaikan masalah, karena pada dasarnya Yunani dicurigai oleh banyak pihak telah melakukan window dressing dalam laporan keuangannya sebelum masuk ke dalam ratifikasi perjanjian konfederasi Uni Eropa. Ibaratnya anak tidak lulus ujian, akan tetapi nilainya dikatrol menjadi lulus.

Kerusakan kestabilan perekonomian Uni Eropa akibat ulah Yunani ternyata tidak berhenti sampai di sana, guncangan itu telah mengakibatkan rusaknya banyak sistem perbankan di Uni Eropa, dan bahkan kabarnya banyak bank-bank di Eropa harus mengigit jari karena terpaksa merelakan surat hutang Yunani yang mereka pegang tidak kembali modal utuh. Beruntung bagi perbankan yang tidak bermain di paper asset seperti obligasi, maupun surat-surat berharga lainnya. Namun tragis bagi lembaga-lembaga keuangan seperti Asuransi, Bank Investasi dan lainnya yang hidupnya sangat tergantung dari keuntungan pasar modal.

Padahal seharusnya fungsi perbankan adalah memberikan dan menyalurkan kredit kepada sektor usaha riil, seperti perdagangan ekspor-impor, investasi pembangunan pabrik, kredit usaha kecil dan menengah serta sektor-sektor lainnya yang memiliki basis usaha riil.

Akibatnya begitu timbul guncangan dari krisis di Yunani, maka perbankan Spanyol pun ikut terguncang, apalagi pada situasi krisis, kredit perumahan ikut pula macet. Jadilah akhirnya Spanyol menerima dana bantuan likuiditas hingga lebih dari 100 milyar Euro. Namun saya sendiri meragukan ke-efektifan bantuan tersebut, walaupun banyak lembaga riset keuangan memastikan dalam situasi terburuk Spanyol hanya membutuhkan bantuan kurang lebih sebesar 60 Milyar Euro.

Mengapa saya meragukan hal tersebut, adalah bukan pada besar-kecilnya jumlah talangan, akan tetapi kepada prinsip-prinsip dasar ekonomi yang telah dilanggar oleh negara dan sistem perbankan mereka. Baik Spanyol maupun Yunani bukan lah negara seperti Indonesia ataupun Tiongkok, yang memiliki basis industri yang kuat dan konsumsi domestik yang kuat. Indonesia walaupun korupsinya sudah tingkat neraka, akan tetapi industrinya sangat kuat menopang perekonomian. Orang masih banyak yang bekerja 50-60 jam seminggu.

Bandingkan dengan negara-negara Uni Eropa terutama yang sedang bermasalah. Kerja 40-45 jam seminggu adalah kebiasaan yang sudah tidak asing lagi bagi orang Eropa (kecuali Jerman yang masih mau bekerja keras). Produktivitas + Konsumsi adalah kata utama untuk keluar dari krisis. Konsumsi saja hanya membawa celaka, sementara produktivas saja hanya membawa kesulitan ketika terjadi krisis global yang menurunkan angka permintaan.

Hal itu juga yang membuat mengapa Amerika begitu lama keluar dari krisis, karena gejala de-industrialisasi telah melanda negara tersebut di era akhir 1990an hingga 2000an. Akibatnya pengumuman-pengumuman penurunan jumlah pengangguran dan peningkatan jumlah orang yang bekerja tidak pernah jauh dari target dasar selalu berkisar di antara 2- 3 persen.

Indonesia pun sekitar dua - tiga tahun yang lalu pernah mengalami gejala de-industrialisasi. Namun kita masih beruntung karena pemerintah cepat menyadari akan hal itu. Namun menurut saya pribadi, masih jauh dari memuaskan karena penanganan masalah-masalah infrastruktur dan hambatan birokrasi (termasuk korupsi) masih belum optimal.

Saat ini, domino effect dari krisis Eropa mulai bergerak ke arah Cyprus dan negara-negara Eropa lainnya, hal ini tidak lepas dari masalah besarnya bantuan likuditas yang dikucurkan ditambah oleh kelesuan faktor permintaan karena terjadinya krisis. Bahkan sejumlah kalangan pun masih mempertanyakan kemampuan Italia mempertahankan ekonomi negaranya dari kejatuhan seperti yang telah dialami oleh Yunani dan Spanyol. Beruntungnya, meskipun penduduk sedikit Italia masih memiliki sejumlah industri yang cukup solid meskipun tidak terlalu besar seperti Jerman.

Akan tetapi Jerman sendiri tidak serta merta lolos dari permasalahan, karena mereka merupakan salah satu donatur terbesar dalam pemberian bantuan likuditas di dalam ECB (European Central Bank), akibatnya Jerman pun terancam terseret ke dalam kesulitan sama seperti halnya Perancis. Sementara pangsa pasar produk Jerman mayoritas adalah negara-negara Uni Eropa, jika pada akhirnya terjadi krisis di seluruh Uni Eropa maka Jerman akan sangat terpukul dan menanggung penderitaan yang lebih besar ketimbang negara-negara lainnya di kawasan Eropa.

Sementara dari benua Amerika sendiri, meskipun keadaan lebih adem ayem, tidak serta merta kondisi sudah lebih aman. Hingga saat ini, Amerika masih menyimpan bom waktu bahkan bom nuklir dalam bentuk transaksi derivatif. Sampai saat ini, tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah transaksi derivatif yang sebenarnya berputar di lembaga keuangan Amerika.

Kolapsnya Lehman Brothers, tidak serta merta menyebabkan transaksi derivatif terhenti meskipun transaksi Lehman Brothers di seluruh dunia dihentikan (ini yang mengakibatkan bursa di seluruh dunia tumbang bahkan bursa efek Indonesia harus tutup beberapa waktu).

Asset-asset bermasalah itu pada dasarnya tidak pernah 100 persen dilakukan write off alias penghapusan. Namun masih berputar-putar di antara lembaga-lembaga keuangan dunia dalam bentuk transaksi derivatif yang bunganya pun masih berjalan. Sehingga siapapun yang kalah taruhan, dipastikan akan luluh lantak berantakan. Dan JP Morgan pun sudah mengalaminya beberapa waktu yang lalu, sementara banyak pihak yang meragukan jumlah angka kekalahan yang diderita oleh lembaga keuangan tersebut, namun setidaknya belum berujung kepada kebangkrutan. Sementara masih ada bank-bank lain yang menyimpan potensi yang sama.

Saran saya bagi dunia perbankan dan keuangan di Indonesia, jika anda mengelola dana, pastikan porsinya selalu jauh lebih besar untuk kredit usaha kecil dan menengah. Dan sebisa mungkin perkecil porsi untuk pengelolaan di kredit konsumsi serta paper asset maupun trading valas. Kita tidak pernah tahu, apakah perekonomian global akan pulih dalam waktu cepat atau akan menempuh perjalanan tanpa arah yang sangat lama.

Senin, 28 Mei 2012

Bottom Fishing ataukah Tehnical Rebound?


Pagi tadi, tanggal 28 Mei 2012, banyak analis dan trader berpendapat saatnya melakukan bottom fishing jika indeks saham menyentuh zona 3825-3850. Ya memang sebagian orang berpendapat saat ini harga saham sudah terlampau murah, perginya para investor asing sudah saatnya di antisipasi dengan masuknya para investor lokal dengan kekuatan penuh, demikian pendapat sebagian orang.

Kenyataannya, baru saja IHSG menyentuh harga 3850.452 banyak yang langsung melakukan selective buying dengan membeli saham-saham tertentu secara bertahap. Ada yang karena persiapan matang technical analysis ada juga yang setengah spekulasi ala dewa judi. Ada juga yang panik langsung bernafsu membeli karena salah membaca pergerakan indeks yang memang dari yahoo finance terjadi error sehingga angka yang muncul hingga minus 5 persen.

Apapun alasannya, tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah, mayoritas pelaku pasar baik luar maupun dalam negeri terpengaruh oleh rumor spekulasi bahwa Yunani akan membaik dan tetap berada dilingkungan zona euro. Padahal itu baru saja hasil pooling sementara, belum final keputusan yang akan terjadi pada tanggal 14 Juni 2012 nanti.

Sering sekali para pelaku pasar, baik trader saham maupun investor reksadana, melakukan pembelian di saat yang tidak tepat, ketika indikator belum berbunyi “beli”. Kondisi ini untung-untungan, kalau untung ya kaya mendadak, kalau buntung ya nyesek harus cut loss atau bahkan nyangkut posisinya.

Padahal secara fundamental ekonomi, kondisi saat ini sedang tidak baik-baik amat, bahkan negara seperti Swiss pun harus memikirkan contingency plan jika seandainya Euro memang tamat. Bukan sekedar Yunani mundur dari zona Euro saja. Banyak kalangan di Swiss menilai, pertarungan gagal berhasilnya Euro akan semakin menggila di pekan-pekan depan. Karena dari perbankan Spanyol saja sudah santer oleh isu kolapsnya perbankan di negara tersebut. Sementara Italia, masih sibuk dengan awan kelabu musibah bencana alam, namun bukan berarti hutangnya selamat begitu saja. Ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh negara-negara di kawasan Eropa Selatan.

Amerika sendiri, bahkan oleh Presiden Obama dikatakan, perlu adanya stimulus fiskal lanjutan jika tidak ingin terjadi kekacauan pada tahun 2013, entah yang bersangkutan terinspirasi oleh ramalan Profesor Nouriel Roubini yang terkenal dengan sebutan Dr Doom (Doktor Kiamat) atau memang tim ahli ekonomi Amerika sendiri yang memberi masukan demikian.

Tulisan ini tidak dibuat untuk menakut-nakuti ataupun membuat cemas kembali, namun untuk sekedar mengingatkan kembali kepada para investor dan trader ritel yang memang mencari rejeki dari pasar modal untuk menambah uang dapur, agar kiranya berhati-hati sebelum membuat keputusan. Saat ini dunia ada di persimpangan jalan, apakah tetap memakai model ekonomi yang berlaku sekarang ini, atau harus menyusun sistem perekonomian baru.

Pada akhirnya, waktulah yang akan berbicara apakah keputusan yang kita buat sudah benar atau tidak, atau perlu penyempurnaan lagi. Selamat berinvestasi.