Sidang Pembaca yang terhormat, tidak terasa kita telah memasuki di hari ketiga tahun 2011. Melihat dan merasakan apa yang telah kita alami selama tahun 2009 dan 2010, penting kiranya bagi kita untuk semakin mencermati dan mengevaluasi strategi bisnis yang tepat guna menghadapi permasalahan di tahun 2011 ini.
Berikut, kami akan menyampaikan sekilas mengenai perkiraan kondisi perekonomian di tahun 2011 yang penuh tantangan ini:
- Inflasi => Diperkirakan tingkat inflasi tahun 2011 akan semakin naik, terutama dengan melonjaknya inflasi di akhir 2010 akibat kenaikan harga komoditas pangan terutama cabai, dan juga faktor cuaca ekstrim yang menyebabkan penurunan produktivitas di sektor pertanian. Faktor spekulasi dan permintaan di pasar minyak juga menyebabkan lonjakan harga komoditas tambang yang turut memicu inflasi secara global.
- Nilai tukar => Dollar diperkirakan akan tetap lemah terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya karena pemerintah Amerika akan terus mengintervensi pasar dengan pembelian kembali berbagai surat berharga milik mereka dan juga terus-menerus dilakukannya cetak uang guna membiayai defisit perekonomian Amerika yang semakin membengkak, sementara pelarian modal ke negara-negara emerging market terutama Indonesia terus terjadi sebagai dampak memburuknya pasar ekonomi Eropa dan belum stabilnya perekonomian Amerika.
- Pasar Modal => Laju indeks saham gabungan diperkirakan akan semakin meroket akibat euforia pasar saham disebabkan banjirnya hot money dari Amerika dan Eropa dan sejumlah investor global, sehingga menimbulkan ketegangan yang sangat tinggi di pasar modal, di mana harga saham akan semakin tidak wajar dan menimbulkan risiko kejatuhan yang sangat tinggi jika indeks terus menerus melaju tanpa disertai koreksi yang wajar. Selain itu kenaikan harga SUN (Surat Utang Negara) sudah mencapai level puncaknya akibat pembelian oleh asing secara terus menerus semenjak tahun 2009, dan menyebabkan imbal hasil yang ditawarkan tidak menarik lagi. Jika inflasi ternyata melebihi ekspetasi pasar, dikhawatirkan harga SUN akan jatuh karena faktor kemungkinan naiknya suku bunga perbankan.
- Perbankan => Persaingan di dunia perbankan akan semakin ketat dan tinggi, ditandai dengan merger dan akuisisi sejumlah bank, dan turunnya peringkat salah satu bank menjadi BPR akibat tidak mampu memenuhi ketentuan modal wajib mininum. Ketentuan pengumuman suku bunga pinjaman bagi nasabah utama (prime lending limit) untuk perbankan juga dinilai akan merugikan sejumlah bank yang struktur permodalan dan pendanaannya didanai oleh dana deposito jangka panjang. Karena dengan demikian para pesaing maupun nasabah kredit akan segera mengetahui bentuk struktur pembiayaan bank tersebut sehingga melemahkan daya saing bagi bank-bank itu, sebab dipastikan nasabah akan lari mencari bank yang bunga pinjaman kreditnya paling rendah. Sehingga bank-bank dipaksa untuk berfikir lebih cerdas dalam mencari keuntungan usaha baik dengan cara menurunkan suku bunga pinjaman ataupun cara lainnya jika ingin tetap bertahan.
- Industri Manufaktur => Masuknya barang-barang import baik yang legal maupun illegal dari RRC, kenaikan tarif listrik dan UMR (Upah Minimum Regional) di dalam negeri dan melambatnya pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara tujuan ekspor, akan menghambat pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri terutama mereka yang sangat mengandalkan pengerahan tenaga kerja manusia secara masif seperti industri tekstil / garment dan industri alas kaki. Hal ini akan semakin diperparah oleh pembatasan BBM bersubsidi di mana biaya operasional kendaraan operasi sebagai sarana transportasi baik bus karyawan maupun transportasi internal perusahaan akan membengkak. Dalam hal ini perusahaan harus mulai berfikir penggunaan outsourcing transportasi umum berplat kuning sebagai alternatif transport dan juga penggunaan 3rd party logistics sebagai sarana pengiriman barang baik ke dalam maupun luar perusahaan.
- Industri Otomotif => Pembatasan BBM bersubsidi dan pajak progresif juga ditengarai akan memukul sejumlah industri otomotif dalam negeri, selain itu perusahaan juga dituntut melakukan subsidi silang penjualan kendaraan bermotor roda dua dengan kendaraan bermotor roda empat agar pembatasan BBM bersubsidi tidak sampai memukul drastis profit penjualan secara keseluruhan.
- Industri Tambang => Tahun ini merupakan tahun berat dan juga tahun kesempatan bagi industri tambang baik dalam maupun luar negeri. Kenaikan harga minyak dunia yang drastis mendekati 100 USD/Barrel memicu kenaikan harga komoditas tambang di seluruh dunia, namun di sisi lain semakin sulitnya ditemukan sumber tambang baru dan tingkat keberhasilan penambangan baru yang semakin rendah turut memperbesar risiko kegagalan industri tambang, meskipun akan menaikan harga bahan tambang secara drastis sebagai dampak kompensasi kelangkaan sumber daya mineral yang semakin susut di seluruh dunia.
- Industri Logistik => Di tahun 2011, tantangan dunia logistik akan semakin berat, meskipun pemerintah berencana tidak menaikan BBM bersubsidi, dan mengijinkan industri pelaku logistik yang masih memakai plat hitam untuk konversi ke plat kuning, namun secara keseluruhan biaya operasional logistik akan naik, karena kenaikan UMR dan juga biaya-biaya lainnya. Faktor hidden cost terutama soal biaya siluman di perjalanan maupun pengurusan barang juga menjadi concern bagi dunia logistik tanah air. Dalam hal ini KPK dituntut untuk lebih proaktif memberesi carut marut biaya siluman di sejumlah departemen agar tidak memukul industri tanah air.
Demikian sekilas pandangan kami akan tantangan di tahun 2011 ini, semua ini baru hanya pandangan sekilas semata karena keterbatasan waktu untuk melakukan riset yang lebih mendalam, namun kami berharap baik para pelaku usaha dan pemerintah duduk satu meja memberesi masalah birokrasi yang menjadi hambatan utama berbisnis di tanah air. Karena masalah terbesar adalah masih berkisar di soal kesimpang siuran kebijakan pemerintah dengan kepentingan dunia usaha.
Jakarta, 3 January 2011
The Alexindo Management Consulting
The ALJORB INVESTMENT GROUP Ltd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar