Rabu, 23 Februari 2011

Strategi Kolaborasi Microsoft dengan Nokia, Bunuh Diri atau Kebangkitan?

Bersamaan dengan diumumkannya rencana jangka panjang kerjasama antara Microsoft dengan Nokia dalam bentuk strategi pasar smartphone Windows Phone 7, banyak komentar-komentar sinis dan pesimis akan masa depan telefon genggam yang satu ini.

Namun demikian tidak sedikit analis pasar yang setuju dengan rencana kerjasama antar kedua brand besar tersebut, karena di pasar software nama besar Microsoft masih merajai meskipun sedikit demi sedikit mulai digerogoti oleh para pesaingnya, hanya saja untuk urusan smartphone, operating system Windows Phone sudah mulai ditinggalkan oleh para developer smartphone.

Sedangkan Nokia sendiri, secara statistik masih merajai pemasaran telefon genggam di seluruh dunia, meskipun pasarnya semakin mengecil dan di arena high end smartphone sudah mulai dihantam oleh para pesaing beratnya dari mulai Apple hingga berbagai macam merek smartphone berbasis Android OS.

Nokia secara Supply Chain Management masih merupakan rajanya di bisnis ini, ketersediaan jalur-jalur pasokan dan distribusi yang solid serta marketing yang gencar masih merupakan yang terbaik meskipun sekarang sudah mulai dikalahkan oleh Apple yang sukses membangun kerjasama yang baik dengan para retailer dan membangun komunitas yang solid.

Hanya saja, sangat disayangkan jika guna meraih kembali kejayaan di pasar smartphone Nokia harus repot-repot mengambil jalan pintas berkolaborasi dengan Microsoft. Sebab Nokia memiliki Ovi Store yang dipersiapkan untuk menghantam Apple Store dan iTunes.

Justru seharusnya Nokia mendevelop sendiri software-nya secara in house, agar mampu bersaing melawan Apple baik dari segi biaya produksi maupun stabilitas operating system. Sebab banyak keunggulan Apple justru didapat dengan membangun komunitas sendiri dan in house development. Bahkan hampir seluruh piranti Apple hak cipta dan desain hardware nya ada pada Apple Inc.

Mungkin dengan berfikir lambatnya pengembangan MeeGo dan Symbian^3/Symbian^4 serta kesulitan-kesulitan dalam pengembangan komunitas yang ada, menjadikan Nokia mengambil jalan pintas strategi kolaborasi ini, apalagi CEO yang sekarang merupakan eks orang Microsoft.

Memang jalan masih panjang, dan sesuai janji Nokia dan Microsoft sendiri, smartphone hasil kolaborasi ini akan tersedia dalam berbagai variasi harga dari mulai murah hingga mahal. Jadi kita lihat saja, apakah hal ini akan berhasil atau tidak, semoga saja masalah pada update operating system Windows Phone 7 tidak menjadi batu sandungan bagi pengembangan kolaborasi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar