Beberapa waktu yang lalu, dunia dikejutkan oleh kabar keberhasilan Samsung menggeser tahta Nokia dari penguasa pasar mobile handset. Ini pukulan yang sangat telak bagi Nokia, perusahaan yang terkenal pionir dalam industri selular, penguasa pasar nomer satu yang tidak terkalahkan sejak tahun 1998 hingga 2011.
Sebenarnya tanda-tanda ini telah terbaca sejak tahun 2011, bahwa Nokia akan menyerahkan tampuk kekuasaan sebagai penguasa pasar kepada Samsung. Di awali dengan jatuhnya pasar smartphone ke tangan Samsung beberapa waktu sebelumnya, secara sangat cepat dan drastis, bahkan menyodok dominasi perusahaan lain yang telah bercokol lama seperti Motorola, Sony Ericsson (sekarang Sony Mobile), dan lainnya.
Apa yang dialami oleh Nokia, sebenarnya bukanlah cerita baru. Beberapa tahun yang lalu kita tahu bahwa Motorola pernah terus-menerus mencetak kerugian hingga harus dipisahkan antara divisi mobile handset selular dari induk utama mereka Motorola Corp. Padahal sebagai perusahaan peluncur telefon genggam pertama di dunia (Motorola DynaTAC 8000x) tentu Motorola punya banyak pengalaman dan sumber daya yang luar biasa, apalagi Motorola terkenal dengan Six Sigma Quality Control nya. Namun kehebatan dalam hal manajemen operasi dan manufaktur, bukanlah segalanya, tetap visi panjang serta kombinasi dengan strategi jangka pendek-menengah-panjang merupakan penentu keberhasilan untuk tetap berada dalam permainan.
Saat ini, Motorola memang bukan penguasa pasar, namun mereka berhasil lolos dari lubang maut kematian industri selular yang pernah mengintai mereka baik pada masa sebelum era keberhasilan Motorola RAZR maupun pasca Motorola RAZR ketika industri selular mulai berubah dari feature phone menjadi smartphone.
Sayangnya, Nokia tidak pernah belajar dari kegagalan dan kejatuhan Motorola, ketika Motorola jatuh bangun pada masa sebelum dan sesudah era RAZR, sebenarnya saat itu Nokia seharusnya sudah lebih berhati-hati, karena konsumen menginginkan tidak hanya faktor estetika dan desain produk semata, namun juga kualitas, daya tahan, serta terakhir, kemampuan mengikuti perkembangan jaman (syukur-syukur bisa menjadi trendsetter dalam jangka panjang).
Pada saat itu Nokia hanya mementingkan faktor quality dan supply chain system-nya semata. Mereka masih mempercayai bahwa orang hanya memerlukan fitur-fitur biasa sekelas feature phone dengan konsentrasi pada camera dan music phone. Satu-satunya gebrakan Nokia dalam dunia smartphone hanya pada kehadiran Nokia Communicator (9210/ 9300/ 9500/ E90/E7) dan E series non communicator seperti E61/E71/E72/E63/E5/E6. Padahal kemajuan sistem operasi selular berkembang sangat pesat, dunia tidak lagi bergantung semata pada kehadiran sistem operasi Symbian yang diluncurkan oleh Nokia, namun telah berhasil melangkah lebih jauh, bahkan melampaui sistem operasi windows mobile (generasi sebelum windows phone).
Lahirnya IOS pada telfon selular iPhone generasi pertama (iPhone 2G) yang ditelurkan oleh Apple sebagai jawaban atas sepinya persaingan di sistem operasi selular, berhasil memberikan pukulan telak terhadap para pelaku industri selular. Saat itu yang duluan terkena dampak adalah sistem operasi Windows Mobile dan sistem operasi smartphone di niche market seperti Palm Treo.
Perlahan namun pasti, IOS berhasil membangun komunitas loyal dan ekosistem aplikasi yang menggurita, sedikit demi sedikit menggeser dominasi Symbian sebagai penguasa pasar smartphone, sekaligus membunuh sistem operasi Windows Mobile dan Palm.
Sebenarnya tidak hanya Motorola saja yang terguncang, bahkan Ericsson sampai harus berduet dengan Sony mendirikan perusahaan patungan Sony-Ericsson guna menjawab tantangan perkembangan telefon selular yang semakin cepat dan berkembang luas. Namun sayangnya bahkan duet Sony dengan Ericsson guna bertahan dalam pasar smartphone tidak bertahan lama, selain daripada produk feature phone mereka yang semakin habis dimangsa oleh kehadiran telefon selular berbasis java dari dataran Tiongkok.
Lain cerita Motorola dan Sony Ericsson, lain pula dengan kisah dari RIM BlackBerry, awalnya, RIM sebagai pemain lama di industri smartphone seangkatan Palm, masih bisa bertahan, bahkan sempat mengguncang pasar smartphone seperti Nokia, akan tetapi kekuasaan tahta RIM di dunia luar negeri tidak selama di negara berkembang semacam Indonesia. Hal ini karena kebutuhan masyarakat yang berbeda, orang luar negeri kebanyakan membutuhkan layanan RIM pada level Push Mail services, ketimbang BBM services.
Dan hal ini yang tidak diantisipasi oleh RIM secara baik, karena service push mail, yang awalnya hanya dimiliki oleh RIM, perlahan mulai di miliki oleh para produsen smartphone lainnya, dari mulai Nokia, hingga Google Android. Bahkan Nokia yang terlambat dengan integrasi sistem Nokia Messenger Services (Nokia Mail, Nokia Ovi Chat, Nokia Push Mail), nampaknya berhasil menciptakan sistem yang mirip, walaupun kebanyakan pemakai Nokia pastinya memakai layanan Whatsapp atau fasilitas chat lainnya sebagai pengganti layanan Ovi Chat. Bahkan terakhir fasilitas Nokia Mail pun di merger dengan Yahoo Mail.
Hanya Google yang berhasil mengembangkan layanan push mail dan chat nya ke arah yang lebih baik, bahkan terintegrasi lebih sempurna dalam layanan Google Drive yang mencakup semua aspek aplikasi baik bisnis maupun personal, termasuk sosial media dan photo / video media.
Baik Motorola maupun Sony (walaupun harus membeli saham Ericsson) berhasil lolos dari lubang maut karena cepat membaca arah perubahan pasar, mereka menyediakan hardware yang sesuai dengan tuntutan jaman sementara untuk sistem operasi mereka menyerahkan semuanya kepada Google sebagai pembuat software Android dengan hanya melakukan sedikit penyesuaian agar dapat berjalan optimal pada hardware mereka.
Namun sayangnya, Nokia lebih tergiur menerima tawaran uang bantuan dari Microsoft agar berkolaborasi memakai software Windows Phone. Padahal, ekosistem Windows Phone masih belum matang, sementara pasar persaingan semakin sesak dan berdarah-darah. RIM sendiri sudah kewalahan terpojok di sudut arena pertandingan, sementara fokus para developer software semakin fokus di dua pasar saja, yakni pasar Android dan pasar IOS.
Hal ini nampaknya tidak pernah dikaji secara serius oleh para pendiri Nokia dan para pemegang sahamnya. Ketika saya menyaksikan sendiri betapa “gila”nya dunia Google Play dan Google Drive, saya langsung terhenyak, ini sudah tanda-tanda kematian software Microsoft Windows, apalagi Microsoft Windows Phone. Dengan layanan Google Drive + Google Play + Instagram for Android, praktis anda tidak perlu lagi lingkungan sistem operasi lainnya. Nyaris semua bisa dikerjakan lewat tablet maupun telefon selular. Kecuali beberapa software seperti untuk kebutuhan grafis dan developer 3D animation.
Nampaknya ke depannya kita akan menyaksikan semakin banyak perubahan permainan dalam dunia IT, akan banyak nama besar yang tenggelam maupun bangkit. Semoga saja kita sebagai konsumen yang lebih diuntungkan.