Jika anda penggemar tas bermerek terkenal, ataupun garment dan sepatu terkenal, tahu kah anda, bahwa barang-barang tersebut banyak dipalsukan. Di antara begitu banyak pemalsuan barang-barang berkualitas dan citra rasa seni yang tinggi tersebut, apakah anda tahu, bahwa peniru nomer satu produk-produk terkemuka itu adalah industri pemalsu barang dari Korea.
Barang-barang palsu dan tiruan asal Korea tersebut memiliki tingkat ketrampilan dan kerumitan yang sangat tinggi, nyaris 100% sama dengan barang aslinya. Hanya dibeberapa bagian tertentu nampaknya sengaja dibuat sedikit berbeda dari aslinya, agar orang tetap tahu beda asli dengan palsunya. Namun pemilihan bahan hingga ke model produk semua sama persis.
Jika katakanlah tas merek X asal Italia berharga asli 3 juta - 5 juta rupiah, maka produk super kw asal negeri Ginseng itu bisa berharga 1 juta rupiah. Jauh lebih mahal ketimbang barang tiruan asal RRC yang katanya terkenal mahir memalsukan barang tersebut. Secara kualitas memang barang tiruan nomer satu asal Korea, memiliki tingkat kemiripan dan kualitas yang menyamai produk aslinya, sehingga dihargai lebih mahal ketimbang tiruan produk asal RRC.
Hal tersebut bukan karena orang Korea gemar memalsukan, namun karena mereka memang memiliki keahlian dan kemahiran mengerjakan produk aslinya dan telah lama terbiasa bekerja dalam industri OEM (Original Equipment Manufacture) yang mengerjakan berbagai merek terkemuka dunia. Sehingga ketika kontrak kerja mereka di negara-negara berkembang sebagai tenaga ahli di industri OEM berakhir (kebanyakan merek terkenal memang membuka pabrikan OEM di negara berkembang dengan alasan upah buruh yang rendah), mereka banyak yang berinisiatif membuka sendiri usaha pemalsuan barang berbekal keahlian mereka di masa lalu.
Sebenarnya, hal ini patut disayangkan juga, karena tanpa harus memalsukan barang, mereka punya talenta untuk membuat merek sendiri dengan desain barang tersendiri, namun rupa-rupanya banyak yang memilih mengambil jalan pintas, selain pasarnya lebih jelas, tidak perlu riset dan modal awal yang besar, cukup meniru dan menjual barang-barang tiruan itu di pasar negara berkembang, terutama seperti Indonesia yang penduduknya masih brand minded.
Hebatnya, rata-rata para pemalsu barang ini, sebelum membuat tiruan aslinya, mereka sengaja investasi dengan membeli barang aslinya, lalu kemudian dibongkar dan dipelajari desain, bahan baku dan tehnik pengerjaannya sebelum kemudian dipalsukan dengan kemahiran yang sangat tinggi.
Itu sebabnya, keahlian mereka dalam membuat tiruan nyaris tanpa banding di dunia ini. Seandainya saja mereka mau merintis usaha dengan papan nama sendiri seperti industri elektronik dan otomotif di negara mereka, tentu akan lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar