Jumat, 23 Juli 2010

Menjual Tanpa Terlihat Menjual, Cara Baru dalam Menjual

Dulu ketika saya kuliah program magister manajemen, pernah saya memberikan nasehat kepada seorang sahabat baik yang ketika itu masih bekerja rangkap sebagai pegawai di salah satu perusahaan farmasi dan juga agent dari salah satu produk finansial (beliau sekarang pengusaha di bidang garment)

Nasehat itu sederhana sekali, yakni saya katakan bagaimana terlihat seperti tidak menjual, yakni dengan menjual produk maupun jasa namun tidak terlihat seperti sedang berjualan, meskipun yang diharapkan tetap bagaimana agar produk maupun jasa kita laku terjual.

Saya berani berkata demikian bukan tanpa bukti, melainkan justru karena terinspirasi dari sikap beberapa profesional yang juga merupakan sahabat baik di salah satu asosiasi yang mana saya dulu cukup aktif di dalamnya. Mereka meski saya tahu ujung-ujungnya berjualan juga, namun tidak pernah sekalipun bicara soal jualan produk.

Yang dilakukan oleh mereka adalah:

  • Memberikan solusi-solusi dalam bisnis yang terkait dengan klien / konsumen
  • Memberikan konsultasi bisnis terhadap bisnis terkait atau masalah yang dihadapi klien
  • Melakukan kerjasama / kolaborasi dengan klien yang mana akan menimbulkan peluang bisnis baru

Hal-hal seperti ini yang banyak dilakukan oleh para marketer profesional, di mana nilai tambah pada salesmanship nya berada pada kemampuan memberikan jasa solusi maupun konsultasi yang tidak bersifat memaksa, namun dapat menggiring opini calon klien untuk tertarik dengan produk / jasa yang dimiliki atau ditawarkan oleh profesional tersebut.

Kebanyakan para tenaga pemasar saat ini, masih terus terbelenggu oleh pikiran-pikiran bagaimana menjual yang baik dan benar, dan lain sebagainya, namun ketika dikejar-kejar oleh target, menjadi stress dan kembali ke cara lama yakni berjualan yang benar-benar mirip seperti jualan di pasar tradisional.

Padahal yang diperlukan adalah bagaimana menjual suatu solusi dan menguasai pengetahuan yang baik akan solusi-solusi yang hendak diberikan.

Sebagai contoh, saya termasuk yang fanatik terhadap suatu merek, namun demikian, ketika kemarin pergi ke salah satu pasar alat-alat rumah tangga, saya berubah pikiran soal merek pompa air yang biasa saya pakai. Hal itu bukan karena sang penjual menjelek-jelekan produk tersebut (karena mereka sendiri menjual hampir semua merek pompa air) ataupun membanggakan produk lain, namun karena mereka membeberkan sendiri masalah-masalah yang akan dihadapi saat berhadapan dengan kadar air garam yang meningkat di sumur perumahan. Dan kebetulan merek yang akhirnya saya beli termasuk salah satu yang memenuhi standar kriteria yang saya tetapkan (ada beberapa tapi saya pilih yang value for money). Sementara merek produk fanatik kesukaan saya justru mengalami penurunan kualitas pilihan material yang mereka gunakan sebagai bahan baku komponen mesin (mungkin untuk menekan harga).

Padahal sang penjual sama sekali tidak menyarankan merek tertentu dan juga tidak menjelek-jelekan produk yang tadinya saya selalu pakai.

Nah cara seperti di atas itulah yang seharusnya diperhatikan dan disempurnakan lebih lanjut oleh para tenaga pemasar di masa kini.

Tentu saja agar dapat menguasai permasalahan para calon klien / pelanggan / konsumen kita harus rajin dan selalu rutin memperbaharui pengetahuan kita akan produk dan jasa yang kita jual, tidak hanya terbatas terhadap produk / jasa perusahaan kita namun juga terhadap perkembangan produk / jasa yang sedang terjadi saat ini, apa yang sedang trend, apa yang menjadi isu saat ini dan lain sebagainya.

Semoga para tenaga pemasar kita menjadi semakin lebih baik dan maju di masa depan. Salam.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar