Beberapa hari yang lalu terjadi peristiwa yang benar-benar menggemparkan pasar uang di seluruh dunia, yakni diturunkannya peringkat surat utang Yunani dan Portugal menjadi Junk Bonds atau sering disebut sebagai obligasi kelas sampah.
Penurunan peringkat hutang tersebut oleh salah satu lembaga rating terkemuka, langsung ditanggapi oleh kepanikan pasar saham dan surat hutang di seluruh dunia dengan penjualan secara masif sejumlah saham dan surat hutang negara di hampir seluruh dunia.
Padahal sejak awal sudah ditengarai bahwa Yunani dan juga belakangan Portugal akan mengalami kegagalan dikarenakan fundamental ekonominya sangat rapuh dengan rasio PDB (produk domestik bruto) terhadap hutang melampaui batas normal yang disepakati secara global.
Kepanikan itu juga dipicu dengan terbebernya sejumlah data bahwa banyak negara-negara Eropa terutama yang berada dalam Economic Euro Zone dan tergabung dalam mata uang Euro juga tengah mengalami krisis ekonomi dan tingkat hutang di atas normal.
Bahkan Jerman yang juga merupakan motor penggerak ekonomi Eropa dan mayoritas penduduknya adalah pekerja keras dan rajin menabung juga tidak luput dari zona bahaya tingkat hutang di atas normal. Meskipun belum separah Yunani dan Portugal.
Hal ini menyebabkan mata uang Euro terus melorot dari posisi 1.4 terhadap US Dollar turun menjadi 1.3 dan kemungkinannya diprediksi akan turun terus sejalan dengan semakin terpaparnya kondisi ekonomi Eropa yang sebenarnya.
Jika hal ini terus terjadi, maka sejumlah pengamat mengkhawatirkan akan terjadi ambruknya ekonomi Eropa secara beruntun dan meruntuhkan kepercayaan global terhadap mata uang dan ekonomi negara-negara Eropa.
Sejalan dengan itu, beberapa pengamat menilai akan ada skenario ditendangnya sejumlah negara Eropa yang bermasalah dari ikatan mata uang tunggal Euro demi mencegah kejatuhan yang lebih dalam bagi negara-negara Eropa lain yang belum terkontaminasi krisis di Eropa. Apalagi dasar pembentukan mata uang Euro dan Zona Ekonomi Eropa adalah pada sejumlah asumsi tingkat pertumbuhan, inflasi dan juga pendapatan rata-rata penduduk.
Oleh sebab itu, kemungkinan Yunani dan Portugal akan ditendang dari mata uang Euro meskipun belum tentu didepak dari Zona Ekonomi Eropa. Sebab jika tidak, akan menimbulkan domino efek ke segala penjuru Eropa akibat beban hutang yang demikian besar, dimana banyak negara Eropa yang juga tengah dilanda masalah tingkat hutang yang berada di atas normal.
Hal ini mengakibatkan China bisa bernafas dengan lega terhindar dari tekanan USA untuk merevaluasi mata uangnya terhadap US Dollar. Dengan demikian, sejumlah negara Asia maupun Emerging Market yang bergantung kepada eksport dalam nilai tukar US Dollar akan tetap dapat bernafas dengan lega karena pelemahan dollar secara jangka panjang setidaknya tertahan dalam periode tertentu.
Namun di sisi lain, kejatuhan Eropa, akan memukul angka pertumbuhan ekspor, karena daya serap pasar menjadi sangat terbatas, utamanya karena sejumlah negara di Eropa akan membatasi impor barang demi menjaga stabilitas perekonomian di dalam negeri. Padahal Amerika sendiri sebagai pasar tujuan utama sejumlah negara eksportir seperti Indonesia sedang dalam kondisi krisis, sehingga daya serap terhadap produk ekspor sejumlah negara menjadi sangat terbatas.
Dalam jangka panjang, hal ini boleh jadi akan menyebabkan potensi penguatan dan pemulihan ekonomi global akan terhambat, dan dunia akan dihadapkan pada depresi ekonomi yang sangat panjang.
Sejalan dengan itu, peran pemerintah dalam mendorong sektor perekonomian industri UMKM dalam negeri dan juga pertanian dan perikanan perlu ditingkatkan lebih lanjut. Proses marginalisasi para pertani dan nelayan harus segera dihentikan, sebab satu-satunya cara mencegah negara kita ikut terjun bebas ke dalam jurang kehancuran ekonomi adalah dengan memberdayakan ketahanan ekonomi rakyat miskin menjadi lebih makmur dengan demikian jumlah penduduk di atas 200 juta jiwa akan menjadi sangat signifikan dalam mensubstitusi angka ekspor yang menurun, karena daya serap produk secara domestik meningkat dikarenakan adanya kenaikan pendapatan penduduk.