Sabtu, 15 Mei 2010

Masa Depan Uni Eropa dan Dampaknya Bagi Industri Dalam Negeri

Jum’at Malam 14 Mei 2010 waktu Indonesia atau hari Jum’at Siang waktu Amerika, pasar Valas, Futures, Commodities di seluruh dunia dan Saham di Amerika terguncang hebat. Indeks Dow Jones, S&P 500, NasDaq dan hampir semua bursa komoditas dilanda aksi panic selling sehingga bursa kolaps lebih dari 2%. Sampai sekitar pukul 03.00 WIB dini hari tanggal 15 Mei, mata uang Euro tumbang hingga ke level 1.24 jauh lebih dalam ketimbang hari sebelumnya yang masih bertengger di level 1.28 bahkan mata uang British Poundsterling (GBP) yang merupakan mata uang terkuat dunia tak urung kolaps hingga ke level 1.4 padahal sebelumnya masih bertahan di level 1.7

Kepanikan ini dipicu banyak analisa bahwa Uni Eropa tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi, dan bahwa Yunani tidak akan sanggup membayar hutangnya meski dibailout, karena faktor produksi dan industrinya yang sama sekali tidak memiliki daya saing global. Apalagi Presiden Sarkozy mengeluarkan pernyataan ekstrim bahwa Perancis akan keluar dari mata uang tunggal Euro sehingga ketakutan pasar bahwa Uni Eropa akan bubar jalan semakin ekstrim, apalagi yang bersangkutan mengeluarkan statement atas kecurigaan Jerman tidak sepenuh hati melakukan bailout terhadap krisis Eropa.

Di dalam negeri sendiri kepanikan sudah terasa sejak pukul 23.00 WIB malam tanggal 14 Mei 2010, sejumlah orang kaya sibuk menelefon para Relationship Manager nya menanyakan perkembangan investasi global mereka terutama yang menyangkut produk-produk Offshore Banking. Bahkan beberapa sahabat sibuk berdiskusi apa yang akan mereka lakukan hari Senin besok, apakah menarik semua uangnya untuk dibelikan emas batangan, atau investasi di tanah. Hal ini menimbulkan rasa prihatin, prihatin karena masyarakat kita mudah panik oleh rumors global, namun sekaligus juga khawatir karena memang nasib Uni Eropa semakin tidak jelas.

Di satu sisi, banyak pengusaha yang juga khawatir dengan ekspor mereka. Banyak yang mulai khawatir order produk mereka akan berkurang secara signifikan, karena dari kasus Amerika sendiri sudah banyak pesanan yang terpaksa di alihkan ke pasar Uni Eropa dan Timur Tengah serta Afrika, apabila Uni Eropa juga ikut tumbang, apakah pasar Timur Tengah-Asia-Afrika masih cukup kuat menyerap kelebihan produksi dari Indonesia? Sementara para pengusaha Indonesia sendiri harus berebut jatah ekspor dengan China-Korea-Jepang-Vietnam. Toyota Thailand sendiri pada tanggal 14 Mei 2010 hari Jum’at siang sudah secara resmi mengumumkan penutupan salah satu unit manufacturing plant mereka, dan jika kondisi semakin bertambah buruk tidak tertutup untuk melakukan perampingan usaha lebih lanjut.

Itu sebabnya, pagi ini harian Kompas lembar advertising, beberapa industri membuka lowongan luar biasa besar hanya untuk mengisi posisi pemasaran. Karena dalam beberapa minggu ke depan bisa dipastikan akan terjadi peralihan order eksport secara besar-besaran menjadi penjualan dalam negeri karena tumbangnya daya serap ekspor oleh pasar Uni Eropa.

Yang menjadi pertanyaan, seperti yang sudah berkali-kali ditulis, apakah pasar dalam negeri kita cukup kuat menyerap kelebihan produksi dari industri manufakturing kita? Dan apakah pasar kita memiliki filter yang cukup untuk mencegah masuknya barang-barang pengalihan ekspor dari negara lain yang juga mengalami nasib sama karena turunnya order dari Uni Eropa.

Dalam hal ini pemerintah harus bergerak sangat cepat memperkuat ketahanan industri UKM kita dan juga meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama mereka yang berada dibawah garis kemiskinan dan yang berada pada garis kemiskinan agar kesejahteraannya meningkat sehingga potensi penduduk yang 250 juta orang itu benar-benar termaksimalkan untuk menyerap pasar ekspor kita yang menurun. Jika tidak, bukan tidak mustahil kita pun akan mengalami masalah berat seperti halnya negara-negara asia lain yang sudah lebih dahulu terpukul oleh krisis di Amerika.

Oleh karena itu, prioritas pembrantasan korupsi dan reformasi birokrasi menjadi sangat penting karena dengan adanya reformasi birokrasi, maka biaya-biaya siluman yang selama ini menjadi salah satu faktor pemicu tingginya harga barang di Indonesia dapat ditekan dan menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat kebanyakan. Faktor sarana dan prasarana fisik dan non fisik bagi industri transportasi dan logistik juga perlu ditingkatkan, agar distribusi barang menjadi lebih lancar, dan biaya distribusi bisa lebih ditekan sehingga memperlancar proses ekonomi dan menaikan daya beli masyarakat.

Semoga hal ini menjadi perhatian bagi segenap para pengambil keputusan dan kebijakan publik, agar kita tidak ikut-ikutan terseret kemelut krisis global yang berkepanjangan.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker

1 komentar:

  1. Halo, aku Mrs. Sandra Ovia, pemberi pinjaman uang pribadi, apakah Anda dalam utang? Anda perlu dorongan keuangan? pinjaman untuk mendirikan sebuah bisnis baru, untuk bertemu dengan tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini dan juga untuk renovasi rumah Anda. Aku memberikan pinjaman kepada perusahaan lokal, internasional dan juga pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
    Anda dipersilakan untuk perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.

    BalasHapus