Belakangan dunia otomotif dilanda krisis besar-besaran dengan maraknya produk-produk kendaraan roda empat yang ditarik dari peredaran. Rata-rata produk bermasalah itu adalah keluaran pabrikan besar kelas dunia (maaf saya tidak sebut nama karena tidak etis). Padahal banyak buku-buku manajemen produksi dan operasi mengacu kepada “best practice” dan filosofi yang dijalankan oleh industri-industri terkemuka yang sedang dilanda masalah tersebut.
Namun apakah ada yang salah dengan “teori-teori” dan “best practice” serta filosofi tadi sehingga terjadi masalah dan recall secara besar-besaran? Benarkah selama ini terjadi praktek yang salah dalam praktek industri otomotif ataukah ini hanya sekedar “errata” kecil-kecilan yang sering dipandang sebagai hal lumrah oleh kalangan industri?
Untuk melihat lebih lanjut mari kita tengok hal-hal umum yang terkait pada industri bermasalah tadi:
- Umumnya, kesalahan produksi terjadi pada pabrikan besar dan dengan order besar
- Kebanyakan pabrikan bermasalah tadi memiliki bisnis global dan dukungan outsource dan supply chain yang tersebar di berbagai belahan dunia
- Antar perakitan / assembly centre satu dengan lainnya kadang masalah yang ditemui tidak sama, dan tidak jarang ada yang bebas dari masalah ada yang terkena masalah.
Dari keseragaman temuan ini, dapat dipastikan, kesalahan bukan pada best practice, teori, filosofi perusahaan yang bersangkutan. Namun ada hal lain yang menjadi biang keladi permasalahan. Ada root cause yang perlu dicari.
Menurut kesimpulan saya pribadi (biar jelas bahwa ini pendapat pribadi), kemungkinan terbesar kesalahan adalah pada beberapa faktor:
- Kesalahan pemilihan supplier / outsource material
- Kesalahan rancang desain produk/material/bahan
- Kesalahan pemilihan jenis komponen yang tepat
Dan ternyata terbukti, setidaknya, salah satu manufaktur mengakui ada kesalahan pada komponen karena desainnya agak berbeda disesuaikan dengan musim negara tujuan dan materialnya mengalami masalah.
Hal ini sebenarnya lumrah saja, mengingat jangankan bisnis yang besar, yang skala kecil saja masih bisa salah desain ataupun kesalahan dalam pemilihan material. Untuk bisnis yang semuanya masih dalam satu lini produksi saja susah mengawasi dan mengevaluasinya apalagi jika sudah menggunakan source di luar dari perusahaan alias 3rd party supplier. Tentunya sekedar penetapan standar quality control saja tidak cukup. Harus ada kesamaan visi dan misi perusahaan dan terpentingnya harus selalu ada pembahasan dan cross check masalah-masalah dan temuan-temuan di lapangan sebelum keluar dari lingkungan industri yang bersangkutan.
Itu saja masih belum cukup, karena terkadang apa yang menurut kita sudah benar, bisa saja ternyata salah total dalam prakteknya. Pernah terjadi suatu kasus, sebuah kendaraan mengeluarkan bunyi-bunyian aneh, yang ternyata saat penyelidikan, didapat kesimpulan bahwa telah terjadi kesalahan desain body yang memberikan banyak rongga udara, yang tujuan awalnya semula, untuk memudahkan proses pengecatan, namun berakibat ketika kendaraan sudah dirakit dan dijalankan, justru angin dari jalanan masuk ke dalam celah-celah rongga udara tersebut dan menimbulkan bunyi-bunyian seperti peluit.
Jadi memang tidak mudah mendesain apalagi membangun suatu industri manufaktur kelas dunia, seperti kata pepatah, dancing with the elephant is more riskier rather than dancing with the ant.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar