Senin, 29 Maret 2010

Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Strategi Bisnis

Beberapa waktu belakangan saya sering menerima keluhan teman-teman maupun para kolega mengenai parahnya kualitas layanan / servis / produk dan lain sebagainya. Kebanyakan masalah tersebut berasal dari perusahaan-perusahaan besar bahkan kelas dunia. Padahal sebagai perusahaan besar bukan kelas toko kelontong, seharusnya mereka dapat menjaga citra atau brand image dari perusahaan mereka.

Hal-hal yang menjadi kesalahan umum tersebut adalah:

  1. Gencarnya sales dan strategic marketing tanpa diimbangi oleh kualitas after sales service ataupun pelayanan pelanggan serta tidak ketidakmampuan layanan operasional mengimbangi pesatnya angka penjualan. Industri yang sering melakukan hal ini biasanya dari industri telekomunikasi dan internet, perbankan utamanya untuk produk kartu kredit (tidak tertutup juga pada produk fundingnya).
  2. Besar pasak daripada tiang. Ekspansi bisnis yang luar biasa sering tidak dimbangi oleh kesiapan secara operasional ataupun permodalan, hasilnya seringkali menimbulkan kredit macet dan juga beban dalam neraca keuangan. Ada perusahaan blue chip yang dulu menjadi idola, namun karena masalah keuangan yang ruwet menyebabkan banyak orang memilih menghindari membeli obligasi ataupun saham perusahaan tersebut. Meskipun di laporan keuangannya tampak kinclong tapi orang yang faham soal valuasi saham dan creative accounting pasti mengerti akal-akalan sang emitten.
  3. Kesalahan dalam menilai angka optimum produktivitas / produksi. Banyak para pengambil keputusan ataupun top manajemen seringkali keliru dalam menilai kelayakan investasi maupun ekspansi bisnis. Padahal tidak semua bisnis layak dibuat sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya. Ada kurva titik temu antara biaya operasional dengan output produksi yang pantas. Penambahan modal kerja dan mesin (dan juga tenaga kerja) hanya akan menghasilkan investasi yang mubazir. Ambil contoh: membangun pompa bensin setiap satu kilometer hanya akan menghasilkan kemubaziran dan meningkatkan biaya operasional, belum termasuk kredit yang harus dibayarkan kembali ke bank.
  4. Terlalu percaya kepada sistem. Ini sangat fatal dan seringkali terjadi pada perusahaan yang baru saja berkembang pesat. Pengawasan dan penilaian serta evaluasi secara kontinyu tetap diperlukan meskipun orang-orang di dalamnya sudah sangat handal. Terbukti korupsi termasuk korupsi waktu lebih sering terjadi pada orang yang sudah bertahun-tahun di dalam sistem. Orang kepercayaan ataupun bukan orang kepercayaan tetap harus dinilai secara obyektif.
  5. Mengabaikan potensi sumber daya manusia. Ada pepatah yang mengatakan success is about the man behind the gun. Hal tersebut tidak hanya meliputi level pimpinan namun juga anggota tim keseluruhan dari mulai direksi sampai dengan office boy. Anda tidak mungkin mengatakan bank anda sebagai yang terbaik jika layanan call centre nya tidak santun dan mengerti masalah yang dihadapi pelanggan.

Sebenarnya masih ada banyak lagi contoh kesalahan dalam menerapkan strategi bisnis yang cenderung mengabaikan hal-hal sepele namun fatal tersebut. Namun uraian di atas adalah contoh dimana banyak terjadi pada bisnis di tanah air belakangan ini. Sekiranya dapat menjadi pembelajaran agar perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dengan lebih baik lagi.

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar