Senin, 29 Maret 2010

Tips Membaca Ilusi Valuasi Harga Saham oleh Emiten

Disclaimer:

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyudutkan emiten tertentu, melainkan sebagai pembelajaran bagi para investor agar tidak ceroboh membeli saham yang digoreng oleh para bandar.

Tahun 2008 ditandai oleh jatuhnya bursa di seluruh dunia akibat krisis global, dan juga tertipunya para investor oleh investasi bodong derivatif yang harganya meroket tajam tanpa ada landasan yang jelas. Hal ini tidak hanya terjadi di Amerika yang berakibat kepada kebangkrutan sejumlah Investment Bank besar namun juga berimbas ke bursa efek Indonesia dan membuat goyang para manajer investasi asing yang seharusnya lebih pintar membaca keadaan.

Berikut ada sejumlah tips membaca harga saham yang sudah kemahalan agar tidak tertipu seperti banyak orang yang sudah terjerumus sebelumnya:

  1. Gunakan selalu benchmark terhadap industri sejenis terutama average industrinya ketika membaca laporan keuangan emitten. Banyak kejadian, emitten menggunakan trik profit yang tidak masuk akal.
  2. Hindari emitten yang terlalu banyak melakukan mark up laporan keuangan dengan sejumlah langkah strategis merger dan ataupun akuisisi. Pertanyakanlah pada diri anda sendiri kemanakah biaya merger dan akuisisi itu disembunyikan, sebagai gambaran, biaya merger dan akuisisi biasanya perlu jangka waktu yang sangat lama untuk pengembaliannya. Jadi jika ada emitten yang terlalu sering berbuat demikian dan selalu membukukan laba dan juga harga saham yang fantastis, patut dikhawatirkan laporan keuangannya. (Hal ini juga dibahas dalam buku Inteligent Investor karangan Benjamin Graham)
  3. Perhatikan emitten yang nilai sahamnya terkait harga komoditas, seringkali emitten itu ataupun sekuritas terkait, menggunakan benchmark penilaian harga futures dari komoditas yang tidak masuk akal. Saat suatu emitten harga sahamnya menyentuh level 8000 sementara harga sahamnya jika menggunakan harga komoditas terkait di saat ini hanya 600, artinya patokan harga yang dipakai tidak reliable.
  4. Perhatikan laporan keuangan yang berbasis kepada keuntungan inventory. Inventory memang penting, namun jika terlalu tinggi sementara industrinya justru membutuhkan turn over inventory yang sangat tinggi, artinya laporan keuangannya cenderung misleading. Karena bagaimana bisa untung jika barang mengendap dalam bentuk inventory? Bukan dalam bentuk penjualan yang telah dibayarkan?
  5. Perhatikan faktor penerbitan obligasi. Ada beberapa emitten, yang sebenarnya sudah harus default alias bangkrut karena tidak profit dan harus membayar kewajiban hutangnya yang besar, namun selalu mengulur-ngulur dengan penerbitan surat hutang baru. Metode gali lobang tutup lobang seperti ini sangat berbahaya, dan bisa kejeblos suatu waktu.

Sebenarnya masih banyak lagi praktek-praktek ilusi harga saham, namun umumnya ini langkah yang paling sering dilakukan oleh para emitten dan bandar nya untuk menggoreng harga saham selain juga trik titip-menitip saham seperti yang pernah terkuak beberapa waktu yang lalu.

Jakarta, 16 Februari 2010

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar